Kamis, 07 Mei 2015

laporan imunologi-serologi lengkap

laporan imunologi lengkap

Right Arrow: PERTEMUAN I                                                           
Judul Pemeriksaan        : Deteksi Antibody Salmonella (Widal)
Tujuan                           : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody  (di dalam serum) terhadap antigen kuman salmonella typhi/paratyphi.
Metode                         : 1. Uji widal lempeng (slide agglutination test/SAT)
2. uji tabung (tube agglutination test/SAT)
Prinsip Reaksi               : Kemampuan antibodi dalam serum pasien dalam mengaglutinasi antigen Salmonella O ( antigensomatik ) dan Salmonella H ( antigen flagela ). Titer antibodi ditunjukkan dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi.
PraAnalitik
Pasien
Nama                            :  Ira Astuty Sumara
Jenis Kelamin                : Wanita
Umur                             : 29 Tahun
Alamat                          : Jl. Goa Ria, Sudiang
No. telepon                   : -
Persiapan Pasien          :Tidak ada persiapan khusus
Sampel
JenisSampel                  : Serum
Syarat Sampel               : Sampel tidak mengalami hemolysis ataupun keruh.
PersiapanSampel          : Darah pasien terlebih dahulu disentrifugasi dengan kecepatan 300 rpm selama 30 menit.
Reagen
Merek                           : TYDAL
No. Lot                          : 410010
Ex. Date                        : May 2012
Isi Reagen                     :
·      Antigen O
·      Antigen AH
·      Antigen H
·      Antigen BH
·      Positif control
Sensitivitas Analitik       :
Sensitivitas Klinis          :
Spesifitas Analitik         :
Spesifitas Klinis
Bahan Tambahan         :
·      NaCl 0,9 %
·      Alkohol  70 % dankapas
Alat Tambahan             :
·      Tabung reaksi
·      Micropipette
·      Rak tabung
·      Incubator
Persiapan Reagen         : Reagen siap pakai

Analitik
Prosedur          :
1.     Slide Agglutination Test / SAT ( kualitatif )
a.      Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b.      Satu tetes control positif diteteskan pada slide (PC)
c.       50 µl NaCl ditempatkan pada slide berikutnya (NC)
d.      Serum diteteskan pada keempat slide yang lain (O,AH,H, dan BH) masing-masing satu tetes.
e.      Selanjutnya ditambahkan satu tetes antigen kelingkaran slide yang mengandung control positif dan NaCl 0,9 %.
f.        Kemudian ditambahkan satu tetes antigen yang sesuai TYDAL kelingkaran slide yang mengandung serum pasien.
g.      Setiap slide diaduk menggunakan batang pengaduk yang telah tersedia.
h.      Slide kemudian digoyang-goyangkan dengan hati-hati, sambil mengamati aglutinasi makroskopik yang terjadi dalam satu menit.
2.     Slide Agglutination Test ( semi- kuantitatif )
a.      Dengan menggunakan pipet khusus untuk tiap pengenceran, sejumlah serum berikut ditambahkan di atas lingkaran  slide berdiameter  27 mm : 0,08ml;  0,04ml;  0,02ml;  0,01ml;  0,005ml
b.      Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat pada lingkaran  slide
c.       Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
d.      Dengan perlahan dan sering, guncang dan putar test slide selama 1  menit hingga terlihat adanya aglutinasi
e.      Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut 1:20; 1:40; 1:80; 1:160; 1:320 
f.        Dianjurkan untuk mencocokkan hasil titrasi slide dengan teknik tabung.
3.     Tube Agglutination Test / TAT  (kuantitatif )
a.         Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b.         8 tabung reaksi disiapkan dan disusun dalam satu rak  (Beri nomor 1 –8)
c.         NaCl 0,9 % dimasukkan sebanyak1,9 ml pada tabung 1 dengan menggunakan  pipet.
d.         Ditambahkan NaCl 0,9 % sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing tabung  yang tersisa (2-8)
e.         Serum ditambahkan kedalam tabung 1 sebanyak 0,1 ml, dan campur hingga homogen.
f.          Campuran tabung 1 diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung 2.  Tabung 2 dicampur hingga homogen, dan diambil 1 ml untuk dimasukkan ketabung 3, dan seterusnya hingga tabung 7.
g.         Larutan pada tabung 7 diambil 1 ml kemudian dibuang.
h.         Setiap tabung ditambahkan 1 tetes antigen. Dengan demikian di dapatkan pengenceran pada tabung 1-7 berturut-turut : 1/20, 1/40, 1/80, 1/60, 1/320, 1/640, 1/1280.
i.           Tabung 8 hanya berisi NaCl dan antigen, serta berfungsi sebagai kontrol.
j.           Campur larutan hingga homogeny dan inkubasikan ±  18  jam.
k.         Padakontrol antigen harustidakterdapataglutinasi
l.           Hasil : Adanyaaglutinasimenunjukkanadanyaantibodi
Hasil Pemeriksaan        :Tidak terjadi aglutinasi (negative)


PascaAnalitik
Penulisan Hasil             : Negatif / non reaktif (-)
InterpretasiHasil           :

No
Type Salmonella sp
Antigen O
Antigen H
Antigen AH
Antigen BH
1
2
3
4.
S.typhi O
S.typhi H
S.paratyphi AH
S.paratyphi BH
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi

v  Titer O yang tinggi : (≥160) atau kenaikan titer yang tinggi menunjukan infeksi akut
v  Titer H yang tinggi : (≥160) Menunjukan pernah di vaksinasi/ pernah terjadi infeksi
v  Untuk perolehan titer 1/80 :  
·      Pernah mengalami Typoid        : Normal
·      Belum pernah Typoid    : Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu  5-7  hari
v  Untuk perolehan titer 1/160 :
·      Pernah mengalami Typoid:  Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu  5-7 hari
·      Belum pernah Typoid                :  (+)  Typoid
v  Untuk perolehan titer 1/160 :
·      Pernah mengalami Typoid        :  (+) Typoid
·      Belum pernah Typoid                :  (+) Typoid

Pembahasan     : Demam tifoid (typoid fever) atau yang lebih terkenal dengan penyakit tifus ini merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang sering menyeran anak-anak bahkan orang dewasa. Penyabab penyakit tersebut adalah bakteri salmonella typhi.
Gejalah-gejalah yang kerap terjadi antara lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi, sakit kepala dan diare kadang-kadang bercampur darah.
Penularan penyakit tifus ini, pada umumnya itu di sebabkan oleh karena melaui makanan ataupun minuman yang sudah tercemar oleh agen penyakit tersebut. Biasa juga, karena penanganan yan kurang begitu higenis ataupun juga disebabkan dari sumber air yang sering digunakan yang digunakan untuk menggunakan untuk sehari-hari.
Salmonella merupakan kuman berbentuk batang gram negatif yang umumnya bererak dengan flagel dan bersifat aerobic. Salmonella memiliki sedikitnya 5 macam anti gen, yaitu :
1.      Antigen o (antigen somatik), yang terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman. Bagian ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid. Lipopolisakarida dari antigen O terdiri dari 3 regio sebagai berikut :
1)      Region I, mengandung antigen O spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan polimer dari unit oligosakarida yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk pengelompokan serologis.
2)      Region II, terikat pada antigen O dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan sifat yan konstan dalam suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara genera.
3)      Region III, mengandung lipid yang terikat pada core polysaccharide yang merupakan bagian yang toksik dari molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida pada membran permukaan sel.
2.      Antigen H (antigen flagela), yang terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol.
3.      Antigen Vi, yang terletak pada kapsel (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas, didalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang lazim tersebut agglutinin.
4.      Outer membrane protein (OMP), antige n OMP S.typhi merupakan bagian dari didin sel yang terletak di luar membrane sitoplasma lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma, dan berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakterisin.
5.      Heat hock protein (HSP) atau stress protein
Heat hock protein adalah protein yang memproduksi oleh jasad renik dalam lingkungan yang terus berubah, terutama yang menimbulkan stress pada jasad renik tersebut dalam usahanya mempertahankan hidupnya.
 Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi,urinalis, kimia klinik. imunoserologi, dan biologi molekuler. Pemeriksaan m,enunjukan untuk membantu menegakkan diagnosis (adalkalanya bahkan menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasi pengobatan serta timbulnya penyulit.
Usaha yang tertua untuk melacak adanya kenaikan titer kadar antibody terhadap S.typi yaitu dengan cara penentuan titer agglutinii O dan II dengan uji widal yang telah di pakai sejak tahun 1896. Uji widal yang menggunakan suspensi basil s.typhi atau paratyphi untuk menentukan titer agglutinin dalam serum penderita demam tifoid atau paratifoid, walaupun banyak mempunyai kelemahan, sampai sekarang ini masih merupakan imunoasay yang paling banyak dipakai untuk menunjang diagnosis demam typhoid di klinik.
Antigen dari uji widal :
a.      Antigen H (antigen flagella)
Di buat dari S. typhi yang motil dengan permukaan koloni yang licin. Kuman dimatikan dengan larutan formalin 0,1%
b.      Antigen O (antigen somatic)
Di buat dari strain S. typhi yang tidak motil. Untuk membunuh kuman dipakai alkohol absolute dan sebagai pengawet di pakai larutan phenol 0,5%. Sebelum dipakai konsentrasi alcohol harus di encerkan sampai menjadi 12%.
c.       Antigen PA (S.paratyphi A)
Di buat dari strain S.paratyphi A. untuk membunuh kuman dipakai formalin 0,1%.
d.      Antigen PB (S. paratyphi )
Dibuat dari strain S.paratyphi B. untuk membunuh kuman di pakai formalin 0,1%.
Sebelum dipakai, suspense beberapa antigen tersebut diatas harus diencerkan lebih dahulu dengan larutan salin normal steril sampai mencapai kekeruhan sama dengan tabung nomor 3 dari Mc. Forland (3 unit Mc.farland yang sesuai dengan 9 x 10 kuman/ml).
Dalam memilih antigen untuk uji widal, di anjurkan untuk memakai yang dibuat sendiri dari beberapa strain atau faga salmonella yang ada didaerah endemis yang bersangkutan daripada beberapa antigen baku yang dijual dipasaran dan dibuat dari beberapa strain dan faga salmonella yang berasal dari Negara lain, sebab kurang sensitive dan spesifik serta sering memberikan hasil negatif maupun positif semu. Sebaiknya untuk satu provinsi dipakai satu jenis antigen yang dibuat dari beberapa strain salmonella yang ditemukan diprovinsi yang bersangkutan. Untuk menurangi hasil yang negative semu dipakai anigen yang multistrain daripada antigen yang monostrain sebab antigen yang multistrain mempunyai spectrum yang lebih luas.   
Kesimpulan       : Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil negative (-) atau tidak terjadi aglutinasi pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau sama sekali belum pernah mengalami demam typoid.

Makassar, 14 Maret  2013
Praktikan


(Fatmala Dewi bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.069

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2


(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

PembimbingUtama


(H. SyamsulBakhri AK,S.Pd.,M.Si)
NIP.   ……………………………………

           

















 


Judul Pemeriksaan        : Deteksi antigen Plasmodium
Tujuan                           : Untuk mendeteksi antigen Plasmodium pada sampel darah.
Metode                         : Imunokromatografi                                                                                    
PrinsipReaksi                : Mendeteksi antigen yang dikeluarkan oleh plasmodium (histidine rich protein II /HRP II, hanya ditemukan pada P. falciparum) dan aldolase (antigen pan-malaria l, ditemukan pada semua spesies malaria), dan selanjutnya akan terjadi reaksi kompleks antigen-antibodi pada bahan nitroselulose acetat dimana kompleks tersebut diberi Monoklonal antibodi (Mab) yang berlabel zat warna (colloidal gold) sebagai penanda, sehingga muncul suatu tanda berupa garis yang menyatakan hasil positif untuk  P. falciparum,  infeksi campuran atau negative.
PraAnalitik
Pasien
Nama                            :  Fatmala Dewi bahri
JenisKelamin                 : Wanita
Umur                             : 18 Tahun
Alamat                          : Jl. Banta-bantaeng lr. 3 Makassar
No. telepon                   :
Persiapan Pasien          : Tidak ada persiapan khusus
Sampel
Jenis Sampel                 : Darah lisis
Syarat Sampel               :
Persiapan Sampel         :
Reagen
Merek                           : Entebe malaria test
No. Lot                          : M- 29
Ex. Date                        : Oktober 2012
Isi Reagen                     :
·      Kit
·      Buffer
Sensitivitas Analitik       :
Sensitivitas Klinis          :
Spesifitas Analitik         :
Spesifitas Klinis             :
Bahan Tambahan         :
·      Alkohol  70 % dan kapas
Persiapan Reagen         : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur                      :
1.      Perangkat reagen dan sampel darah yang akan digunakan suhunya disesuaikan dengan suhu ruangan.
2.      Buka alumunium pembungkus, ambil  strip
3.      Buka tutup berwarna biru, teteskan 3 tetes (100 µl) buffer dalam tabung reaksi.
4.      Teteskan 4 µl sampel darah pada ujung strip dengan menggunakan loop yang tersedia pada kit
5.      Inkubasikan strip (arah panah kebawah ) ke dalam buffer dalam tabung reaksi. (3)
6.      Baca hasil antara menit ke 10 sampai dengan menit 15.
HasilPemeriksaan         :Hanya pada area C saja yang tampak garis merah (negative)
Pasca Analitik
Penulisan Hasil             : Negatif (non reaktif)
Interpretasi Hasil          :
·         Hasil “positif falciparum” apabila pada area T1 dan C tampak garis merah.
·         Hasil“ positif vivax: apabila pada area T2 dan C tampak garis merah.
·         Hasil“ negative” apabila pada area C tampak garis merah.
·         Tes dikatakan“ invalid “ apabil agaris control tidak tampak.
Pembahasan                 : Diagnosis malaria dapat dilakukan secara mikroskopis dan non mikroskopis.Uji mikroskopis dapat dilihat secara langsung di bawah mikroskop, sepertipemeriksaan darah tepi, Quantitative Buffy Coat (QBS), dan Acridine orange(AO). Sedangkan uji non mikroskopis berguna untuk mengidentifikasi padaantigen parasit atau antibodi antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, seperti uji Polymerase Chain Reaction, Detection of antibodies by Radio Immuno Assay, Indirect Hemaglutination, Deoxyribonucleic acid dan Rapid  Diagnostic Test.
Umumnya diagnosis malaria ditegakkan dengan metode konvensionalmenggunakan perwarnaan Giemsa pada apusan darah dan pemeriksaan dibawah cahaya mikroskop. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan gold standard pemeriksaan laboratorium malaria. Namun pemeriksaan konvensional ini masih memiliki beberapa kendala dan keterbatasan. Sebagai konsekuensinya diperlukan pengembangan berbagai metoda alternatif.  Salah satu dari pengembangan metoda alternatif tersebut adalah Rapid  Diagnostic Test  atau Immunochromatographic test (ICT), tes ini berdasarkan atas deteksi antigen yang dikeluarkan oleh parasit malaria, yang spesifik terhadap Plasmodium falciparum Histidine Rich Protein 2 (PfHRP 2) dapat melisiskan darah dengan menggunakan prinsip Immunochromatographic.
Rapid Diagnostic Test pada Malaria
Rapid Diagnostic Test (RDT) merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit malaria. Tes ini berdasarkan atas deteksi antigen parasit malaria di dalam darah, dengan menggunakan prinsip immunochromatographic. Paling sering digunakan adalah dipstick  atau tes strip yang dilakukan untuk pengujian monoclonal antibodies yang secara langsung menyerang target antigen dari parasit tersebut. Bidang ilmu ini telah berkembang dengan cepat dan peningkatan teknis secara terus menerus dapat meningkatkan kemampuan RDT dalam menegakkan diagnosa malaria. Target antigen pada Rapid Diagnostic Test malaria antara lain:
1.      Histidine-rich protein 2 (HRP 2) adalah suatu protein yang dapat larutdalam air yang diproduksi oleh trophozoites dan gametocytes muda P. falciparum.  Protein ini terdapat di dalam sitoplasma parasit danpermukaan membran eritrosit yang terinfeksi. Tes ini diproduksi pertamakali dengan merk Parasight-F dan dikenal dengan nama Immunochromatographic (ICT) Malaria P.falciparum.
2.      Parasite lactate dehydrogenase (pLDH) yang diproduksi parasit malaria stadium aseksual maupun seksual. Tes ini telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/µl darah. Monoklonal antibodi pLDH dapat menargetkan semua parasit malaria atau secara khusus dapat membedakan apakah infeksi tersebut akibat parasit P.falciparum atau P.vivax.
3.      Aldolase merupakan enzim kunci pada jalur glikolisis parasit malariadimana digunakan sebagai target antigen panmalaria yang terdapat pada spesies parasit. Semua tes diagnostik cepat malaria yang tersedia di pasaran saat ini dapatmendeteksi Plasmodium falciparum yang merupakan penyebab utama malariaberat dan kematian. RDT dapat mendeteksi antigen HRP-II atau enzim pLDHyang terdapat pada P. falciparum. Pada pasien dengan malaria falciparum berat dapat terjadi sekuestrasi parasit sehingga parasit tidak selalu ditemukandi darah perifer. Oleh karena itu diagnosis infeksi P. falciparum dapatterlewatkan oleh pemeriksaan mikroskopik akibat tidak adanya parasit dalamsediaan darah tepi.
















Makassar, 21  Maret  2013
Praktikan


( Fatmala Dewi)
NIM. PO.71.3.203.11.1.069

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2


(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

PembimbingUtama


(H. SyamsulBakhri AK,S.Pd.,M.Si)
NIP.   ……………………………………




















 


Judul Pemeriksaan        : Deteksi antigen hCG / Penentuan kadar hCG
Tujuan                           : untuk mendeteksi dan menentukan kadar antigen hCG dalam urine.
Metode                         : Aglutinasi
Prinsip Reaksi               : Kemampuan antigen hCG dalam urine pasien dalam mengaglutinasi antibodi hCG yang terdapat dalam latex. Titer hCG ditunjukkan dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi dikalikan dengan sensitivitas reagen yang digunakan.
Pra Analitik
Pasien
Nama                            : “Ny. Nn”
Jenis Kelamin                : wanita
Umur                             : 23 tahun
Alamat                          :Jl. Tidung VIII, Makassar
No. telepon                   :-
Persiapan Pasien          : Tidak ada persiapan khusus
Sampel
Jenis Sampel                 : Urine segar
Syarat Sampel               : -
Persiapan Sampel         : Sampel sebaiknya urine pagi dan sebelum urine ditampung, diharapkan tidak meminum air.
Reagen
Merek                           : Chemidex- Direct. Pregenancy test set
No. Lot                          : D12D205
Ex. Date                        : April 2013
Isi Reagen                     :
·      Direct latex
·      Control positif hCG
·      Control negative hCG
·      Glass slide
·      pipet
Sensitivitas Analitik       :
Sensitivitas Klinis          :
Spesifitas Analitik         :
Spesifitas Klinis
Bahan Tambahan         :
·         NaCl fisiologis

Alat Tambahan             :
·         Pipet ukur 1 ml atau mikropipet 1000 µl
·         Tabung reaksi
·         Rak tabung
Persiapan Reagen         : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur                       :
1.         Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
2.         NaCl fisiologis ditambahkan ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing sebanyak 1 ml.
3.         Tabung 1 diisi dengan sampel sebanyak 1 ml, homogenkan. Selanjutnya dipindahkan 1 ml ke tabung 2. Lakukan dengan cara yang sama sampai tabung 5, dari tabung 5 dipindahkan ke tabung lain sebanyak 1 ml.
4.         Pengenceran urine pada tabung 1,2,3,4, dan 5 :½, ¼, 1/8,1/16, dan 1/32.
5.         Selanjutnya control positif, control negative diteteskan pada slide masing-masing satu tetes.
6.         Pengenceran pertama (tabung 1) hingga pengenceran kelima (tabung 5) diteteskan masing –masing 4 µl pada slide.
7.         Kemudian tambahkan setetes reagen latex.
8.         Aduk dengan batang pengaduk sampai merata.
9.         Kaca objek digoyangkan dengan gerakan melingkar
10.     Amati terbentuknya gumpalan dalam waktu yang tidak melebihi 3 menit.
11.     Titer hCG adalah hasil kali pengenceran terakhir yang masih terjadi reaksi positif dengan sensitivitas reagen yang digunakan.
Hasil Pemeriksaan        : Terjadi aglutinasi pada pengenceran pertama hingga pengenceran ke-3. Sehingga kadarhCG dalam urine yang diperoleh yaitu 8 x 25 mIU/ml = 200 mIU/ml atau 200 IU.
Pasca Analitik
Penulisan Hasil             : Kadar hCG = 200 IU
Interpretasi Hasil          :
·      Positif : Ada gumpalan (aglutinasi)
·      Negative : tidak ada gumpalan/ aglutinasi
·         Dalam pertarungan 85% kehamilan normal, tingkat hCG akan berlipat ganda setiap 48-72 jam. Ketika Anda mendapatkan lebih jauh dalam kehamilan dan tingkat hCG semakin tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan dapat meningkat menjadi sekitar setiap 96 jam.
·         Perhatian harus digunakan dalam membuat terlalu banyak nomor hCG.Sebuah kehamilan normal mungkin memiliki kadar hCG yang rendah dan menghasilkan bayi yang sehat. Hasil dari USG setelah 5 - 6 minggu kehamilan jauh lebih akurat daripada menggunakan nomor hCG.
·         Tingkat hCG kurang dari 5mIU/ml dianggap negatif untuk kehamilan, dan apa pun di atas 25mIU/ml dianggap positif untuk kehamilan.
·         Hormon hCG diukur dalam satuan mili-internasional per mililiter (mIU / ml).
·         Sebuah USG transvaginal harus mampu menunjukkan setidaknya kantung kehamilan setelah kadar hCG telah mencapai antara 1.000 - 2.000 mIU / ml. Karena tingkat dapat membedakan begitu banyak dan kencan konsepsi bisa salah, diagnosis tidak boleh dilakukan oleh temuan USG sampai tingkat hCG telah mencapai setidaknya 2.000.
·         Pembacaan hCG tunggal tidak cukup informasi untuk kebanyakan diagnosa. Ketika ada pertanyaan tentang kesehatan kehamilan, beberapa pencobaan hCG dilakukan beberapa hari terpisah memberikan penilaian yang lebih akurat tentang situasi.
·         Tingkat hCG tidak boleh digunakan sampai saat kehamilan karena angka-angka ini dapat sangat bervariasi.
·         Ada dua jenis umum tes hCG. Sebuah kualitatif tes hCG mendeteksi jika hCG hadir dalam darah. Sebuah kuantitatif tes hCG (atau beta hCG) mengukur jumlah hCG benar-benar hadir dalam darah.
Kesimpulan          : Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil positif (+) hCG/  (+) hamil dengan kadar hCG 200 IU yang ditandai dengan terjadinya aglutinasi pada pengenceran pertama hingga pengenceran ke 3.




Makassar, 28  Maret  2013
Praktikan


(Fatmala Dewi Bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.090

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2

(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

Pembimbing Utama

(H. Syamsul Bakhri AK,S.Pd.,M.Si)
                                    NIP.   ……………………………………















Right Arrow: PERTEMUAN IV


Horizontal Scroll: 4 April 2013

 


Judul pemeriksaan                 :  Mendeteksi Antigen dan Antibodi Golongan Darah Sistem ABO
Tujuan                                    : Untuk mendeteksi Antigen golongan darah sistem ABO     
Metode                                   : langsung       
Prinsip Reaksi                         :Aglutinasi sel darah erah dengan anti serum tertentu
Pra Analitik
Pasien                                      : Benyamin Birra
Jenis Kelamin                          : Laki-Laki
Umur                                       : 20 Tahun
Alamat                                    : Daya
No. Telepon                             :
Persiapan Pasien                     : Tidak ada persiapan khusus 
-Sampel                                   :
Jenis Sampel                           : Serum
Syarat Sampel                         : darah tidak lisis dan tidak keruh     
Persiapan Sampel                   : tidak persiapan khusus
-Reagen                                   :
Merek                                     :
No. Lot                                     :          
Ex.Date                                    :
Isi Kit                                       : Serum Anti A
                                                  Serum Anti B
                                                  Serum Anti AB
Sensitivitas Analitik                 :
Sensitivitas Klinik                    :
Spesifitas Sampel                    :
Spesifitas Klinis                       :
Bahan Tambahan                    :
Persiapan Reagen                   : Reagen siap pakai
Analitik 
Prosedur / Cara kerja            :
1.      Taruh masing-masing obyek glass serum anti A,B dan AB
2.      Tetesi serum dengan darah dan aduk
3.      Lihat reaksi yang terjadi
Hasil Pemeriksaan                 :Hasil Pemeriksaan pasien mempunyai gologan darah A berarti ada Antigen A pada eritrosit/epitop pasien dan anti-B dalam serum
Pasca Analitik
Penulisan Hasil                        :          
Interpretasi Hasil                    :
·         Golongan darah A,terjadi gumpalan di antigen A (reagen warna biru)
·         Golongan darah B, terjadi gumpalan di antigen B (reagen warna kuning)
·         Golongan darah AB, terjadi gumpalan di antigen A & B (reagen warna biru dan kuning)
·         Golongan darah O, tidak terjadi gumpalan
Pembahasan                             : Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
·         Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
·         Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
·         Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
·         Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Kesimpulan                   : dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, pasien memiliki golongan darah A yang berarti memiliki Antigen A pada permukaan eritrosit/epitop, dan anti-B dalam serumnya.        













                                                                                    Makassar, 4 April  2013

Praktikan

     (Fatmala Dewi bahri)
NIM : PO.71.3.203.11.1.069
Instruktur 1                                                                             Instruktur 2

( Hurustiaty,S.Si.,M.Kes)                                                             (Nurdin,S.Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002                                                                                   
Pembimbing Utama

( H. Kalma, S.Pd.,M.Si / H. Syamsul Bakhri AK, S.Pd.,M.Si )
                                  NIP.










Right Arrow: PERTEMUAN V


Horizontal Scroll: 11 April 2013

 


Judul pemeriksaan          :Uji C-RP
Tujuan                                  :Untuk mengetahui fase inflamasi pada protein fase akut
Metode                               :AGLUTINASI
Prinsip                                  : menentukan fase akut protein metode aglutinasi
PRA ANALITIK                
PASIEN                        
Nama                                    : Fatmala Dewi Bahri
Jenis kelamin                     : perempuan
 Umur                                   : 18 tahun
Alamat                                  : jln. Banta-bantaeng lr. 3 Makassar 
No. Telpon                        : 

Persiapan sampel            : -
Sampel                                 : serum
Jenis sampel                   
Syarat Sampel                   : darah tidak lisis dan tidak keruh
Persiapan sampel            : tidak ada persiapan khusus
Reagen
Merek                                  : Humatex CRP
No. Lot                                 : 12002
Ex. Date                               :
Isi Reagen
Sensitivitas analitik          :
Sensitivitas klinis              :
Spesifitas analitik             :
Spesifitas klinis                  :
Bahan Tambahan             :
Persiapan reagen             :
ANALITIK
Prosedur                             :
1.       Disiapkan bahan dan alat
2.       Ambil darah vena sebanyak 2 ml
3.       masukan kedalam tabung diamkan 5 menit,
4.       Centrifuge selama 10- 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm
5.       setelah si centrifuge pisahkan dengan serumnya     
6.       maukan GBS kedalam sumur-sumur sebanyak 100 micron sampai pada Sumur-sumur 6
7.       masukan sampel(serum) sebanyak 100 micron kedalam Sumur 1 lakukan Pengenceran hingga sumur ke 5
8.       setelah di lakukan pengenceran ambil 40 micron teteskan pada  plate Setelah di teteskan tambahkan 1 tetes CRP
9.       buat control positif tambah dengan CRP sebanyak 1 tetes
10.   goyangkan plate selam 2 menit, Amati perubahan yang terjadi
hasil pemeriksaan            : negatif (non-reaktif)
Pasca  Analitik
Penulisan Hasil                  :
                                     
Interpretasi hasil              :
·         Positif                       : (reaktif)
·         Negatif                     : (non-reaktif)
Pembahasan               : CRP adalah protein dalam darah yang diproduksi oleh hati dan cenderung meningkat bila ada peradangan dalam tubuh. Ada dua jenis tes CRP umum dilakukan. Salah satu disebut "sensitivitas tinggi" CRP atau tes hsCRP - mendeteksi sejumlah kecil CRP dalam darah sebagai cara untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke). Jenis lain adalah "biasa" tes CRP, yang mendeteksi jumlah yang lebih besar dari protein. Kedua tes benar-benar mengukur hal yang sama, satu-satunya perbedaan adalah bahwa tes hsCRP adalah mengukur protein pada jumlah rendah. PRK biasanya digunakan untuk menilai berapa banyak peradangan dalam tubuh atau seberapa aktif penyakit ini (seperti rheumatoid arthritis atau penyakit Crohn) sedangkan hsCRP digunakan sebagai tes skrining untuk menentukan risiko penyakit kardiovaskular.
Peradangan pada pembuluh darah telah dikaitkan dengan penyakit jantung dan hsCRP dapat mendeteksi peradangan ini. Itu sebabnya banyak dokter menggunakan hsCRP sebagai cara untuk menentukan risiko pasien masalah kardiovaskuler di masa depan. Namun, tidak semua dokter bergantung pada pengujian tersebut, dan ada beberapa kontroversi tentang bagaimana berguna itu. Ini mungkin paling berguna untuk orang yang memiliki satu atau dua faktor risiko penyakit kardiovaskular (seperti LDL tinggi, atau "buruk," kolesterol dan tekanan darah tinggi), dan yang mungkin dianggap di "media" risiko penyakit kardiovaskular. Jika orang tersebut memiliki hsCRP tinggi, risiko nya mungkin malah dianggap pengobatan yang tinggi, dan lebih agresif dan perubahan gaya hidup dapat direkomendasikan.
Dalam situasi tertentu, hsCRP mungkin rendah karena obat, seperti ibuprofen atau obat anti-inflamasi lainnya. Dan orang-orang dengan beberapa jenis arthritis atau kondisi peradangan lainnya mungkin memiliki tingkat hsCRP tinggi - bagi mereka, tes hsCRP mungkin tidak panduan yang baik untuk risiko penyakit kardiovaskular.
Kesimpulan                   :  dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, di dapatkan hasil negatif (-)

Makassar, 11  April 2013
Praktikan


(Fatmala Dewi Bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.090

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2

(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

Pembimbing Utama

(H. Syamsul Bakhri AK,S.Pd.,M.Si)
                                    NIP.   ……………………………………






Right Arrow: PERTEMUAN VI


Horizontal Scroll: 18 April 2013

 


Judul pemeriksaan      : deteksi antigen ASO
Tujuan                         :Untuk mendeteksi anti streptolisin
Metode                       : kualitatif
Prinsip                           : Reagen AS direct adalah sebuah suspensi partikel Lateks polistirene Yang telah disensitisasi dengan stereptolisin -O ketika reagen dicampur dengan serum yang mengandung anti  bodi-ASO, terjadi sebuah reaksi Ag-Ab Yang dapat dilihat secara visual karena timbulnya aglutinanasi.
PRA ANALITIK                
PASIEN                        
Nama                          : Ira Astuti Sumara
Jenis kelamin              : perempuan
 Umur                          : 19 tahun
Alamat                        : jln. Goa ria, sudiang, Makassar 
No. Telpon                    : 

Persiapan sampel       : -
Sampel                        : serum
Jenis sampel                   
Syarat Sampel             : serum tidak lisis dan tidak keruh
Persiapan sampel         : sampel yang sudah di siapkan segera diperiksa dan jika tidak segera di diperiksa serum dapat disimpan selama 72 jam pada suhu2-8°.

Reagen
Merek                         : ASO
No. Lot                                     : 05862
Ex. Date                       :
Isi Reagen                   :
·                 ASO lateks reagen
·                 ASO positive control
·                 ASO negatif control
Sensitivitas analitik     :
Sensitivitas klinis         : 200 ul/l
Spesifitas analitik        :
Spesifitas klinis            :
Bahan Tambahan        :
Persiapan reagen        : reagen siap pakai
ANALITIK
Prosedur                      :
1.      Letakan reagen, sampel dan semua komponen  pada suhu ruangan
2.      Goyangkan reagen lateks untuk menghomogenkan partikel lateks
3.      letakan 1 tetes serum ke atas slide
4.      teteskan reagen RL  1 tetes diatas serum
5.      Lebarkan campuran reagen dengan serum keseluruh area lingkaran
6.      goyangkan slide kedepan dan  belakang setiap 2 detik selama 2 menit.
7.      Amati apakah terjadi AGLUTINASI (jika terjadi di lanjutkan ke pemeriksaan semikuantitatif)
8.      masukan reagen (saline) kedalam sumur-sumur 100 ul
9.      tambahkan sampel 40 ul kedalam sumur-sumur
10.  pindahka ke sumur-sumur lainnya menggunakan faktor pengenceran
11.  setelah dilakukan pengenceran .ambil pengenceran pada sumur-sumur  Pertama  sebanyak 40 ul
12.  Letakan diatas slide lalu tambahka reagen
13.  goyangkan selama 2 menit .kemudian amati yang terjadi
hasil pemeriksaan       : negatif (non-reaktif)
Pasca  Analitik
Penulisan Hasil             : berdasarkan hasil pengamatan maka sampel dinyatakan positif dengan titer 400 iu/l                                     
Interpretasi hasil         :
·         hasil dinyatakan positif apabila titer >200 IU/ml
·         hasil dinyatakan negatif apabila titer <200 IU/ml
·         hasil positif bisa terindikasi karena adanya infeksi streptococcus di beberapa kasus, pemeriksaan seharusnya diulangi beberapa minggu setelah pemeriksaan pertama.
Pembahasan               : Infeksi streptokokus disebabkan oleh bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus . Ada beberapa strain penyebab penyakit streptokokus (kelompok A, B, C, D, dan G), yang diidentifikasi oleh perilaku mereka, kimia, dan penampilan. Setiap kelompok menyebabkan jenis tertentu infeksi dan gejala. Tes-tes antibodi berguna untuk streptokokus grup A. Streptokokus grup A merupakan spesies yang paling mematikan bagi manusia dan merupakan penyebab radang tenggorokan , amandel, luka dan infeksi kulit, infeksi darah (septikemia), demam berdarah, pneumonia , demam rematik, chorea Sydenham (sebelumnya disebut tarian St Vitus ') , dan glomerulonefritis.
Meskipun gejala mungkin menyarankan infeksi streptokokus, diagnosis harus dikonfirmasi oleh tes. Prosedur terbaik, dan salah satu yang digunakan untuk infeksi akut, adalah untuk mengambil sampel dari daerah yang terinfeksi untuk budaya, sarana bakteri yang tumbuh artifisial di laboratorium. Namun, budaya tidak berguna sekitar dua sampai tiga minggu setelah infeksi awal, sehingga ASO, anti-DNase-B, dan tes streptozyme digunakan untuk menentukan apakah infeksi streptokokus hadir.
ASO titer digunakan untuk menunjukkan reaksi tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh streptokokus grup A beta-hemolitik. Streptokokus grup A menghasilkan enzim streptolysin O, yang dapat menghancurkan (melisiskan) sel darah merah. Karena streptolysin O adalah antigen (mengandung protein asing bagi tubuh), tubuh bereaksi dengan memproduksi antistreptolysin O (ASO), yang merupakan antibodi. ASO muncul dalam serum darah satu minggu sampai satu bulan setelah timbulnya infeksi tenggorokan. Sebuah titer tinggi (tingkat tinggi ASO) tidak spesifik untuk semua jenis penyakit poststreptococcal, tapi itu tidak menunjukkan apakah infeksi streptokokus sedang atau telah hadir.
Serial (beberapa diberikan berturut-turut) pengujian ASO sering dilakukan untuk menentukan perbedaan antara sampel darah akut atau konvalesen. Diagnosis infeksi radang sebelumnya dikonfirmasi ketika titer serial ASO meningkat selama beberapa minggu, kemudian jatuh perlahan. ASO titer puncak pada minggu ketiga setelah timbulnya gejala akut penyakit streptokokus, pada enam bulan setelah onset, sekitar 30% pasien menunjukkan titer abnormal.
Kesimpulan                 :  dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, di dapatkan hasil positif (+).









Makassar, 18  April 2013
Praktikan


(Fatmala Dewi Bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.090

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2

(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

Pembimbing Utama

(H. Syamsul Bakhri AK,S.Pd.,M.Si)
                                    NIP.   ……………………………………
















Right Arrow: PERTEMUAN VII


Horizontal Scroll:  25 April 2013

 


Judul pemeriksaan      : deteksi antibodi TB
Tujuan                         :Untuk mendeteksi adanya atibodi TB dalam darah
Metode                       : immunochromatography
Prinsip                           : Pada bagian kertas terdapat reagen pelacak yang telah dilabel oleh zat warna (colloidal gold), yang akan berikatan dengan analit selanjutnya ikatan ini akan ditangkap oleh reagen (antigen/antibody spesifik) pada garis yang dalam keadaan terikat sehingga akan menghasilkan reaksi reagen pelacak label zat warna – analit – reagen pelacak. Zat warna yang terperangkap pada garis tes (T) akan menghasilkan warna, menandakan bahwa hasil pemeriksaan positif.
PRA ANALITIK                
PASIEN                        
Nama                          : Sri Wulandari
Jenis kelamin              : perempuan
 Umur                          : 19 tahun
Alamat                        : jln. Perumnas Antang, Makassar 
No. Telpon                    : 

Persiapan sampel       : -
Sampel                        : darah kapiler
Jenis sampel                   
Syarat Sampel             :
Persiapan sampel         :

Reagen
Merek                         : ABON
No. Lot                                     : TB 2060001
Ex. Date                       : april 2014
Isi Reagen                   :
·                 Larutan buffer
·                 Strip TB
Sensitivitas analitik     : 83% (74.1-89.8%)
Sensitivitas klinis         : 95.6%
Spesifitas analitik        :98.9% (97.3%-99.7%)
Spesifitas klinis            : 95%
Bahan Tambahan        :
Persiapan reagen        : reagen siap pakai
ANALITIK
Prosedur                      :
1.      Sampel serum/plasma
1)      Siapkan alat dan bahan
2)      Teteskan serum/plasma sebanyak 3 tetes (75 ul) ke dalam sumur spesimen. Diamkan beberapa menit.
3)      Amati hasil
2.      Sampel darah lengkap
1)      Siapakan alat dan bahan
2)      Ambil darah vena
3)      Teteskan 3 tetes (75 ul) ke dalam sumur spesimen
4)      Teteskan larutan buffer 1 tetes (40 ul)
5)      Diamkan beberapa menit, lalu amati hasil.
3.      Sampel darah kapiler
1)      Siapkan alat dan bahan
2)      Ambil darah kapiler
3)      Teteskan 3 tetes (75 ul) ke daalm sumur spesimen
4)      Teteskan larutan buffer sebanyak 1 tetes (40 ul)
5)      Diamkan beberapa menit, lalu amati hasil.
hasil pemeriksaan       : negatif
Pasca  Analitik
Penulisan Hasil             : berdasarkan hasil pengamatan maka sampel dinyatakan negatif.                                     
Interpretasi hasil         :
·         Positif     : muncul 2 garis berwarna pada strip, pada control (C) dan test (T)
·         Negatif   : muncul 1 garis berwarna strip, pada control (C)
·         Invalid    : tidak muncul garis berwarna pada strip.
Pembahasan                      : Sekitar 90% dari mereka yang terinfeksi dengan M. tuberkulosis memiliki gejala , infeksi TB laten (kadang-kadang disebut LTBI), dengan hanya seumur hidup kesempatan 10% bahwa infeksi laten akan berkembang menjadi terang-terangan, penyakit TB aktif.  Pada mereka dengan HIV, risiko mengembangkan TB aktif meningkat menjadi hampir 10% per tahun.  Jika pengobatan yang efektif tidak diberikan, tingkat kematian untuk kasus TB aktif sampai dengan 66%.
Infeksi TB dimulai ketika mikobakteri mencapai alveoli paru , di mana mereka menyerang dan mereplikasi dalam endosomes dari alveolar makrofag . Situs utama infeksi di paru-paru, yang dikenal sebagai " Fokus Ghon ", umumnya terletak di baik bagian atas lobus bawah, atau bagian bawah lobus atas .  Tuberkulosis paru-paru juga dapat terjadi melalui infeksi dari aliran darah. Hal ini dikenal sebagai fokus Simon dan biasanya ditemukan di atas paru-paru.  ini transmisi hematogen juga dapat menyebarkan infeksi ke situs yang lebih jauh, seperti kelenjar getah bening perifer, ginjal, otak, dan tulang.  Semua bagian tubuh bisa terkena penyakit, meskipun untuk alasan yang tidak diketahui jarang mempengaruhi jantung , otot rangka , pankreas , atau tiroid . 
Tuberkulosis digolongkan sebagai salah satu granulomatous penyakit peradangan. Makrofag , limfosit T , limfosit B , dan fibroblas adalah salah satu sel yang agregat untuk membentuk granuloma , dengan limfosit  sekitar makrofag terinfeksi. Granuloma mencegah penyebaran mikobakteri dan menyediakan lingkungan lokal untuk interaksi sel-sel sistem kekebalan tubuh. Bakteri di dalam granuloma dapat menjadi terbengkalai, sehingga terjadi infeksi laten. Fitur lain dari granuloma adalah pengembangan kematian sel yang abnormal ( nekrosis ) di pusat tuberkel . Dengan mata telanjang, ini memiliki tekstur yang lembut, keju putih dan disebut caseous nekrosis . 
Jika bakteri TB mendapatkan masuk ke aliran darah dari daerah jaringan yang rusak, mereka dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mendirikan banyak fokus infeksi, semua muncul sebagai kecil, tuberkel putih dalam jaringan.  Ini bentuk parah dari penyakit TBC, yang paling umum pada anak-anak dan orang-orang dengan HIV, disebut tuberkulosis milier .  Orang dengan TB disebarluaskan memiliki tingkat kematian yang tinggi bahkan dengan perawatan (sekitar 30%). 
Pada banyak orang, lilin infeksi dan berkurang. Kerusakan jaringan dan nekrosis sering seimbang dengan penyembuhan dan fibrosis .  Terkena jaringan digantikan oleh jaringan parut dan rongga diisi dengan bahan nekrotik caseous. Selama penyakit aktif, beberapa gigi berlubang ini bergabung ke udara bagian bronkus dan bahan ini dapat batuk. Ini mengandung bakteri hidup, sehingga bisa menyebarkan infeksi. Pengobatan dengan tepat antibiotik membunuh bakteri dan memungkinkan penyembuhan berlangsung. Setelah obat, daerah yang terkena dampak pada akhirnya digantikan oleh jaringan paru.
Kesimpulan                 :  dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, di dapatkan hasil negatif (-).

Makassar, 25  April 2013
Praktikan


(Fatmala Dewi Bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.090

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2

(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

Pembimbing Utama

(H. Syamsul Bakhri AK,S.Pd.,M.Si)
                                    NIP.  








Laporan Imuno-Serologi……………………………………

OLEH    :
Fatmala Dewi Bahri
PO.71.3.203.11.1.069
IIB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
Horizontal Scroll: 14 Maret 2013
Right Arrow: PERTEMUAN I                                                           
Judul Pemeriksaan        : Deteksi Antibody Salmonella (Widal)
Tujuan                           : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody  (di dalam serum) terhadap antigen kuman salmonella typhi/paratyphi.
Metode                         : 1. Uji widal lempeng (slide agglutination test/SAT)
2. uji tabung (tube agglutination test/SAT)
Prinsip Reaksi               : Kemampuan antibodi dalam serum pasien dalam mengaglutinasi antigen Salmonella O ( antigensomatik ) dan Salmonella H ( antigen flagela ). Titer antibodi ditunjukkan dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi.
PraAnalitik
Pasien
Nama                            :  Ira Astuty Sumara
Jenis Kelamin                : Wanita
Umur                             : 29 Tahun
Alamat                          : Jl. Goa Ria, Sudiang
No. telepon                   : -
Persiapan Pasien          :Tidak ada persiapan khusus
Sampel
JenisSampel                  : Serum
Syarat Sampel               : Sampel tidak mengalami hemolysis ataupun keruh.
PersiapanSampel          : Darah pasien terlebih dahulu disentrifugasi dengan kecepatan 300 rpm selama 30 menit.
Reagen
Merek                           : TYDAL
No. Lot                          : 410010
Ex. Date                        : May 2012
Isi Reagen                     :
·      Antigen O
·      Antigen AH
·      Antigen H
·      Antigen BH
·      Positif control
Sensitivitas Analitik       :
Sensitivitas Klinis          :
Spesifitas Analitik         :
Spesifitas Klinis
Bahan Tambahan         :
·      NaCl 0,9 %
·      Alkohol  70 % dankapas
Alat Tambahan             :
·      Tabung reaksi
·      Micropipette
·      Rak tabung
·      Incubator
Persiapan Reagen         : Reagen siap pakai

Analitik
Prosedur          :
1.     Slide Agglutination Test / SAT ( kualitatif )
a.      Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b.      Satu tetes control positif diteteskan pada slide (PC)
c.       50 µl NaCl ditempatkan pada slide berikutnya (NC)
d.      Serum diteteskan pada keempat slide yang lain (O,AH,H, dan BH) masing-masing satu tetes.
e.      Selanjutnya ditambahkan satu tetes antigen kelingkaran slide yang mengandung control positif dan NaCl 0,9 %.
f.        Kemudian ditambahkan satu tetes antigen yang sesuai TYDAL kelingkaran slide yang mengandung serum pasien.
g.      Setiap slide diaduk menggunakan batang pengaduk yang telah tersedia.
h.      Slide kemudian digoyang-goyangkan dengan hati-hati, sambil mengamati aglutinasi makroskopik yang terjadi dalam satu menit.
2.     Slide Agglutination Test ( semi- kuantitatif )
a.      Dengan menggunakan pipet khusus untuk tiap pengenceran, sejumlah serum berikut ditambahkan di atas lingkaran  slide berdiameter  27 mm : 0,08ml;  0,04ml;  0,02ml;  0,01ml;  0,005ml
b.      Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat pada lingkaran  slide
c.       Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
d.      Dengan perlahan dan sering, guncang dan putar test slide selama 1  menit hingga terlihat adanya aglutinasi
e.      Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut 1:20; 1:40; 1:80; 1:160; 1:320 
f.        Dianjurkan untuk mencocokkan hasil titrasi slide dengan teknik tabung.
3.     Tube Agglutination Test / TAT  (kuantitatif )
a.         Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b.         8 tabung reaksi disiapkan dan disusun dalam satu rak  (Beri nomor 1 –8)
c.         NaCl 0,9 % dimasukkan sebanyak1,9 ml pada tabung 1 dengan menggunakan  pipet.
d.         Ditambahkan NaCl 0,9 % sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing tabung  yang tersisa (2-8)
e.         Serum ditambahkan kedalam tabung 1 sebanyak 0,1 ml, dan campur hingga homogen.
f.          Campuran tabung 1 diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung 2.  Tabung 2 dicampur hingga homogen, dan diambil 1 ml untuk dimasukkan ketabung 3, dan seterusnya hingga tabung 7.
g.         Larutan pada tabung 7 diambil 1 ml kemudian dibuang.
h.         Setiap tabung ditambahkan 1 tetes antigen. Dengan demikian di dapatkan pengenceran pada tabung 1-7 berturut-turut : 1/20, 1/40, 1/80, 1/60, 1/320, 1/640, 1/1280.
i.           Tabung 8 hanya berisi NaCl dan antigen, serta berfungsi sebagai kontrol.
j.           Campur larutan hingga homogeny dan inkubasikan ±  18  jam.
k.         Padakontrol antigen harustidakterdapataglutinasi
l.           Hasil : Adanyaaglutinasimenunjukkanadanyaantibodi
Hasil Pemeriksaan        :Tidak terjadi aglutinasi (negative)


PascaAnalitik
Penulisan Hasil             : Negatif / non reaktif (-)
InterpretasiHasil           :

No
Type Salmonella sp
Antigen O
Antigen H
Antigen AH
Antigen BH
1
2
3
4.
S.typhi O
S.typhi H
S.paratyphi AH
S.paratyphi BH
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi

v  Titer O yang tinggi : (≥160) atau kenaikan titer yang tinggi menunjukan infeksi akut
v  Titer H yang tinggi : (≥160) Menunjukan pernah di vaksinasi/ pernah terjadi infeksi
v  Untuk perolehan titer 1/80 :  
·      Pernah mengalami Typoid        : Normal
·      Belum pernah Typoid    : Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu  5-7  hari
v  Untuk perolehan titer 1/160 :
·      Pernah mengalami Typoid:  Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu  5-7 hari
·      Belum pernah Typoid                :  (+)  Typoid
v  Untuk perolehan titer 1/160 :
·      Pernah mengalami Typoid        :  (+) Typoid
·      Belum pernah Typoid                :  (+) Typoid

Pembahasan     : Demam tifoid (typoid fever) atau yang lebih terkenal dengan penyakit tifus ini merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang sering menyeran anak-anak bahkan orang dewasa. Penyabab penyakit tersebut adalah bakteri salmonella typhi.
Gejalah-gejalah yang kerap terjadi antara lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi, sakit kepala dan diare kadang-kadang bercampur darah.
Penularan penyakit tifus ini, pada umumnya itu di sebabkan oleh karena melaui makanan ataupun minuman yang sudah tercemar oleh agen penyakit tersebut. Biasa juga, karena penanganan yan kurang begitu higenis ataupun juga disebabkan dari sumber air yang sering digunakan yang digunakan untuk menggunakan untuk sehari-hari.
Salmonella merupakan kuman berbentuk batang gram negatif yang umumnya bererak dengan flagel dan bersifat aerobic. Salmonella memiliki sedikitnya 5 macam anti gen, yaitu :
1.      Antigen o (antigen somatik), yang terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman. Bagian ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid. Lipopolisakarida dari antigen O terdiri dari 3 regio sebagai berikut :
1)      Region I, mengandung antigen O spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan polimer dari unit oligosakarida yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk pengelompokan serologis.
2)      Region II, terikat pada antigen O dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan sifat yan konstan dalam suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara genera.
3)      Region III, mengandung lipid yang terikat pada core polysaccharide yang merupakan bagian yang toksik dari molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida pada membran permukaan sel.
2.      Antigen H (antigen flagela), yang terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol.
3.      Antigen Vi, yang terletak pada kapsel (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas, didalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang lazim tersebut agglutinin.
4.      Outer membrane protein (OMP), antige n OMP S.typhi merupakan bagian dari didin sel yang terletak di luar membrane sitoplasma lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma, dan berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakterisin.
5.      Heat hock protein (HSP) atau stress protein
Heat hock protein adalah protein yang memproduksi oleh jasad renik dalam lingkungan yang terus berubah, terutama yang menimbulkan stress pada jasad renik tersebut dalam usahanya mempertahankan hidupnya.
 Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi,urinalis, kimia klinik. imunoserologi, dan biologi molekuler. Pemeriksaan m,enunjukan untuk membantu menegakkan diagnosis (adalkalanya bahkan menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasi pengobatan serta timbulnya penyulit.
Usaha yang tertua untuk melacak adanya kenaikan titer kadar antibody terhadap S.typi yaitu dengan cara penentuan titer agglutinii O dan II dengan uji widal yang telah di pakai sejak tahun 1896. Uji widal yang menggunakan suspensi basil s.typhi atau paratyphi untuk menentukan titer agglutinin dalam serum penderita demam tifoid atau paratifoid, walaupun banyak mempunyai kelemahan, sampai sekarang ini masih merupakan imunoasay yang paling banyak dipakai untuk menunjang diagnosis demam typhoid di klinik.
Antigen dari uji widal :
a.      Antigen H (antigen flagella)
Di buat dari S. typhi yang motil dengan permukaan koloni yang licin. Kuman dimatikan dengan larutan formalin 0,1%
b.      Antigen O (antigen somatic)
Di buat dari strain S. typhi yang tidak motil. Untuk membunuh kuman dipakai alkohol absolute dan sebagai pengawet di pakai larutan phenol 0,5%. Sebelum dipakai konsentrasi alcohol harus di encerkan sampai menjadi 12%.
c.       Antigen PA (S.paratyphi A)
Di buat dari strain S.paratyphi A. untuk membunuh kuman dipakai formalin 0,1%.
d.      Antigen PB (S. paratyphi )
Dibuat dari strain S.paratyphi B. untuk membunuh kuman di pakai formalin 0,1%.
Sebelum dipakai, suspense beberapa antigen tersebut diatas harus diencerkan lebih dahulu dengan larutan salin normal steril sampai mencapai kekeruhan sama dengan tabung nomor 3 dari Mc. Forland (3 unit Mc.farland yang sesuai dengan 9 x 10 kuman/ml).
Dalam memilih antigen untuk uji widal, di anjurkan untuk memakai yang dibuat sendiri dari beberapa strain atau faga salmonella yang ada didaerah endemis yang bersangkutan daripada beberapa antigen baku yang dijual dipasaran dan dibuat dari beberapa strain dan faga salmonella yang berasal dari Negara lain, sebab kurang sensitive dan spesifik serta sering memberikan hasil negatif maupun positif semu. Sebaiknya untuk satu provinsi dipakai satu jenis antigen yang dibuat dari beberapa strain salmonella yang ditemukan diprovinsi yang bersangkutan. Untuk menurangi hasil yang negative semu dipakai anigen yang multistrain daripada antigen yang monostrain sebab antigen yang multistrain mempunyai spectrum yang lebih luas.   
Kesimpulan       : Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil negative (-) atau tidak terjadi aglutinasi pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau sama sekali belum pernah mengalami demam typoid.

Makassar, 14 Maret  2013
Praktikan


(Fatmala Dewi bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.069

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2


(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

PembimbingUtama


(H. SyamsulBakhri AK,S.Pd.,M.Si)
NIP.   ……………………………………

           












Right Arrow: PERTEMUAN II


Horizontal Scroll: 21 Maret 2013

 


Judul Pemeriksaan        : Deteksi antigen Plasmodium
Tujuan                           : Untuk mendeteksi antigen Plasmodium pada sampel darah.
Metode                         : Imunokromatografi                                                                                    
PrinsipReaksi                : Mendeteksi antigen yang dikeluarkan oleh plasmodium (histidine rich protein II /HRP II, hanya ditemukan pada P. falciparum) dan aldolase (antigen pan-malaria l, ditemukan pada semua spesies malaria), dan selanjutnya akan terjadi reaksi kompleks antigen-antibodi pada bahan nitroselulose acetat dimana kompleks tersebut diberi Monoklonal antibodi (Mab) yang berlabel zat warna (colloidal gold) sebagai penanda, sehingga muncul suatu tanda berupa garis yang menyatakan hasil positif untuk  P. falciparum,  infeksi campuran atau negative.
PraAnalitik
Pasien
Nama                            :  Fatmala Dewi bahri
JenisKelamin                 : Wanita
Umur                             : 18 Tahun
Alamat                          : Jl. Banta-bantaeng lr. 3 Makassar
No. telepon                   :
Persiapan Pasien          : Tidak ada persiapan khusus
Sampel
Jenis Sampel                 : Darah lisis
Syarat Sampel               :
Persiapan Sampel         :
Reagen
Merek                           : Entebe malaria test
No. Lot                          : M- 29
Ex. Date                        : Oktober 2012
Isi Reagen                     :
·      Kit
·      Buffer
Sensitivitas Analitik       :
Sensitivitas Klinis          :
Spesifitas Analitik         :
Spesifitas Klinis             :
Bahan Tambahan         :
·      Alkohol  70 % dan kapas
Persiapan Reagen         : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur                      :
1.      Perangkat reagen dan sampel darah yang akan digunakan suhunya disesuaikan dengan suhu ruangan.
2.      Buka alumunium pembungkus, ambil  strip
3.      Buka tutup berwarna biru, teteskan 3 tetes (100 µl) buffer dalam tabung reaksi.
4.      Teteskan 4 µl sampel darah pada ujung strip dengan menggunakan loop yang tersedia pada kit
5.      Inkubasikan strip (arah panah kebawah ) ke dalam buffer dalam tabung reaksi. (3)
6.      Baca hasil antara menit ke 10 sampai dengan menit 15.
HasilPemeriksaan         :Hanya pada area C saja yang tampak garis merah (negative)
Pasca Analitik
Penulisan Hasil             : Negatif (non reaktif)
Interpretasi Hasil          :
·         Hasil “positif falciparum” apabila pada area T1 dan C tampak garis merah.
·         Hasil“ positif vivax: apabila pada area T2 dan C tampak garis merah.
·         Hasil“ negative” apabila pada area C tampak garis merah.
·         Tes dikatakan“ invalid “ apabil agaris control tidak tampak.
Pembahasan                 : Diagnosis malaria dapat dilakukan secara mikroskopis dan non mikroskopis.Uji mikroskopis dapat dilihat secara langsung di bawah mikroskop, sepertipemeriksaan darah tepi, Quantitative Buffy Coat (QBS), dan Acridine orange(AO). Sedangkan uji non mikroskopis berguna untuk mengidentifikasi padaantigen parasit atau antibodi antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, seperti uji Polymerase Chain Reaction, Detection of antibodies by Radio Immuno Assay, Indirect Hemaglutination, Deoxyribonucleic acid dan Rapid  Diagnostic Test.
Umumnya diagnosis malaria ditegakkan dengan metode konvensionalmenggunakan perwarnaan Giemsa pada apusan darah dan pemeriksaan dibawah cahaya mikroskop. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan gold standard pemeriksaan laboratorium malaria. Namun pemeriksaan konvensional ini masih memiliki beberapa kendala dan keterbatasan. Sebagai konsekuensinya diperlukan pengembangan berbagai metoda alternatif.  Salah satu dari pengembangan metoda alternatif tersebut adalah Rapid  Diagnostic Test  atau Immunochromatographic test (ICT), tes ini berdasarkan atas deteksi antigen yang dikeluarkan oleh parasit malaria, yang spesifik terhadap Plasmodium falciparum Histidine Rich Protein 2 (PfHRP 2) dapat melisiskan darah dengan menggunakan prinsip Immunochromatographic.
Rapid Diagnostic Test pada Malaria
Rapid Diagnostic Test (RDT) merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit malaria. Tes ini berdasarkan atas deteksi antigen parasit malaria di dalam darah, dengan menggunakan prinsip immunochromatographic. Paling sering digunakan adalah dipstick  atau tes strip yang dilakukan untuk pengujian monoclonal antibodies yang secara langsung menyerang target antigen dari parasit tersebut. Bidang ilmu ini telah berkembang dengan cepat dan peningkatan teknis secara terus menerus dapat meningkatkan kemampuan RDT dalam menegakkan diagnosa malaria. Target antigen pada Rapid Diagnostic Test malaria antara lain:
1.      Histidine-rich protein 2 (HRP 2) adalah suatu protein yang dapat larutdalam air yang diproduksi oleh trophozoites dan gametocytes muda P. falciparum.  Protein ini terdapat di dalam sitoplasma parasit danpermukaan membran eritrosit yang terinfeksi. Tes ini diproduksi pertamakali dengan merk Parasight-F dan dikenal dengan nama Immunochromatographic (ICT) Malaria P.falciparum.
2.      Parasite lactate dehydrogenase (pLDH) yang diproduksi parasit malaria stadium aseksual maupun seksual. Tes ini telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/µl darah. Monoklonal antibodi pLDH dapat menargetkan semua parasit malaria atau secara khusus dapat membedakan apakah infeksi tersebut akibat parasit P.falciparum atau P.vivax.
3.      Aldolase merupakan enzim kunci pada jalur glikolisis parasit malariadimana digunakan sebagai target antigen panmalaria yang terdapat pada spesies parasit. Semua tes diagnostik cepat malaria yang tersedia di pasaran saat ini dapatmendeteksi Plasmodium falciparum yang merupakan penyebab utama malariaberat dan kematian. RDT dapat mendeteksi antigen HRP-II atau enzim pLDHyang terdapat pada P. falciparum. Pada pasien dengan malaria falciparum berat dapat terjadi sekuestrasi parasit sehingga parasit tidak selalu ditemukandi darah perifer. Oleh karena itu diagnosis infeksi P. falciparum dapatterlewatkan oleh pemeriksaan mikroskopik akibat tidak adanya parasit dalamsediaan darah tepi.
Kesimpulan                   : Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil negative (-) karena hanya pada area C saja yang tampak merah, yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam malaria.













Makassar, 21  Maret  2013
Praktikan


( Fatmala Dewi)
NIM. PO.71.3.203.11.1.069

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2


(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

PembimbingUtama


(H. SyamsulBakhri AK,S.Pd.,M.Si)
NIP.   ……………………………………














Right Arrow: PERTEMUAN III


Horizontal Scroll: 28 Maret 2013

 



Judul Pemeriksaan        : Deteksi antigen hCG / Penentuan kadar hCG
Tujuan                           : untuk mendeteksi dan menentukan kadar antigen hCG dalam urine.
Metode                         : Aglutinasi
Prinsip Reaksi               : Kemampuan antigen hCG dalam urine pasien dalam mengaglutinasi antibodi hCG yang terdapat dalam latex. Titer hCG ditunjukkan dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi dikalikan dengan sensitivitas reagen yang digunakan.
Pra Analitik
Pasien
Nama                            : “Ny. Nn”
Jenis Kelamin                : wanita
Umur                             : 23 tahun
Alamat                          :Jl. Tidung VIII, Makassar
No. telepon                   :-
Persiapan Pasien          : Tidak ada persiapan khusus
Sampel
Jenis Sampel                 : Urine segar
Syarat Sampel               : -
Persiapan Sampel         : Sampel sebaiknya urine pagi dan sebelum urine ditampung, diharapkan tidak meminum air.
Reagen
Merek                           : Chemidex- Direct. Pregenancy test set
No. Lot                          : D12D205
Ex. Date                        : April 2013
Isi Reagen                     :
·      Direct latex
·      Control positif hCG
·      Control negative hCG
·      Glass slide
·      pipet
Sensitivitas Analitik       :
Sensitivitas Klinis          :
Spesifitas Analitik         :
Spesifitas Klinis
Bahan Tambahan         :
·         NaCl fisiologis

Alat Tambahan             :
·         Pipet ukur 1 ml atau mikropipet 1000 µl
·         Tabung reaksi
·         Rak tabung
Persiapan Reagen         : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur                       :
1.         Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
2.         NaCl fisiologis ditambahkan ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing sebanyak 1 ml.
3.         Tabung 1 diisi dengan sampel sebanyak 1 ml, homogenkan. Selanjutnya dipindahkan 1 ml ke tabung 2. Lakukan dengan cara yang sama sampai tabung 5, dari tabung 5 dipindahkan ke tabung lain sebanyak 1 ml.
4.         Pengenceran urine pada tabung 1,2,3,4, dan 5 :½, ¼, 1/8,1/16, dan 1/32.
5.         Selanjutnya control positif, control negative diteteskan pada slide masing-masing satu tetes.
6.         Pengenceran pertama (tabung 1) hingga pengenceran kelima (tabung 5) diteteskan masing –masing 4 µl pada slide.
7.         Kemudian tambahkan setetes reagen latex.
8.         Aduk dengan batang pengaduk sampai merata.
9.         Kaca objek digoyangkan dengan gerakan melingkar
10.     Amati terbentuknya gumpalan dalam waktu yang tidak melebihi 3 menit.
11.     Titer hCG adalah hasil kali pengenceran terakhir yang masih terjadi reaksi positif dengan sensitivitas reagen yang digunakan.
Hasil Pemeriksaan        : Terjadi aglutinasi pada pengenceran pertama hingga pengenceran ke-3. Sehingga kadarhCG dalam urine yang diperoleh yaitu 8 x 25 mIU/ml = 200 mIU/ml atau 200 IU.
Pasca Analitik
Penulisan Hasil             : Kadar hCG = 200 IU
Interpretasi Hasil          :
·      Positif : Ada gumpalan (aglutinasi)
·      Negative : tidak ada gumpalan/ aglutinasi
Pembahasan               : Hormon human chorionic gonadotropin (lebih dikenal sebagai hCG ) yang diproduksi selama kehamilan. Hal ini dibuat oleh sel-sel yang membentuk plasenta, yang memelihara telur setelah telah dibuahi dan menjadi melekat pada dinding rahim. Tingkat pertama dapat dideteksi dengan tes darah sekitar 11 hari setelah pembuahan dan sekitar 12 - 14 hari setelah pembuahan oleh tes urine. Secara umum kadar hCG akan berlipat ganda setiap 72 jam. Tingkat akan mencapai puncaknya pada pertama 8-11 minggu kehamilan dan kemudian akan menurun dan tingkat off untuk sisa kehamilan.
·         Dalam pertarungan 85% kehamilan normal, tingkat hCG akan berlipat ganda setiap 48-72 jam. Ketika Anda mendapatkan lebih jauh dalam kehamilan dan tingkat hCG semakin tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan dapat meningkat menjadi sekitar setiap 96 jam.
·         Perhatian harus digunakan dalam membuat terlalu banyak nomor hCG.Sebuah kehamilan normal mungkin memiliki kadar hCG yang rendah dan menghasilkan bayi yang sehat. Hasil dari USG setelah 5 - 6 minggu kehamilan jauh lebih akurat daripada menggunakan nomor hCG.
·         Tingkat hCG kurang dari 5mIU/ml dianggap negatif untuk kehamilan, dan apa pun di atas 25mIU/ml dianggap positif untuk kehamilan.
·         Hormon hCG diukur dalam satuan mili-internasional per mililiter (mIU / ml).
·         Sebuah USG transvaginal harus mampu menunjukkan setidaknya kantung kehamilan setelah kadar hCG telah mencapai antara 1.000 - 2.000 mIU / ml. Karena tingkat dapat membedakan begitu banyak dan kencan konsepsi bisa salah, diagnosis tidak boleh dilakukan oleh temuan USG sampai tingkat hCG telah mencapai setidaknya 2.000.
·         Pembacaan hCG tunggal tidak cukup informasi untuk kebanyakan diagnosa. Ketika ada pertanyaan tentang kesehatan kehamilan, beberapa pencobaan hCG dilakukan beberapa hari terpisah memberikan penilaian yang lebih akurat tentang situasi.
·         Tingkat hCG tidak boleh digunakan sampai saat kehamilan karena angka-angka ini dapat sangat bervariasi.
·         Ada dua jenis umum tes hCG. Sebuah kualitatif tes hCG mendeteksi jika hCG hadir dalam darah. Sebuah kuantitatif tes hCG (atau beta hCG) mengukur jumlah hCG benar-benar hadir dalam darah.
Kesimpulan          : Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil positif (+) hCG/  (+) hamil dengan kadar hCG 200 IU yang ditandai dengan terjadinya aglutinasi pada pengenceran pertama hingga pengenceran ke 3.




Makassar, 28  Maret  2013
Praktikan


(Fatmala Dewi Bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.090

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2

(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

Pembimbing Utama

(H. Syamsul Bakhri AK,S.Pd.,M.Si)
                                    NIP.   ……………………………………















Right Arrow: PERTEMUAN IV


Horizontal Scroll: 4 April 2013

 


Judul pemeriksaan                 :  Mendeteksi Antigen dan Antibodi Golongan Darah Sistem ABO
Tujuan                                    : Untuk mendeteksi Antigen golongan darah sistem ABO     
Metode                                   : langsung       
Prinsip Reaksi                         :Aglutinasi sel darah erah dengan anti serum tertentu
Pra Analitik
Pasien                                      : Benyamin Birra
Jenis Kelamin                          : Laki-Laki
Umur                                       : 20 Tahun
Alamat                                    : Daya
No. Telepon                             :
Persiapan Pasien                     : Tidak ada persiapan khusus 
-Sampel                                   :
Jenis Sampel                           : Serum
Syarat Sampel                         : darah tidak lisis dan tidak keruh     
Persiapan Sampel                   : tidak persiapan khusus
-Reagen                                   :
Merek                                     :
No. Lot                                     :          
Ex.Date                                    :
Isi Kit                                       : Serum Anti A
                                                  Serum Anti B
                                                  Serum Anti AB
Sensitivitas Analitik                 :
Sensitivitas Klinik                    :
Spesifitas Sampel                    :
Spesifitas Klinis                       :
Bahan Tambahan                    :
Persiapan Reagen                   : Reagen siap pakai
Analitik 
Prosedur / Cara kerja            :
1.      Taruh masing-masing obyek glass serum anti A,B dan AB
2.      Tetesi serum dengan darah dan aduk
3.      Lihat reaksi yang terjadi
Hasil Pemeriksaan                 :Hasil Pemeriksaan pasien mempunyai gologan darah A berarti ada Antigen A pada eritrosit/epitop pasien dan anti-B dalam serum
Pasca Analitik
Penulisan Hasil                        :          
Interpretasi Hasil                    :
·         Golongan darah A,terjadi gumpalan di antigen A (reagen warna biru)
·         Golongan darah B, terjadi gumpalan di antigen B (reagen warna kuning)
·         Golongan darah AB, terjadi gumpalan di antigen A & B (reagen warna biru dan kuning)
·         Golongan darah O, tidak terjadi gumpalan
Pembahasan                             : Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
·         Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
·         Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
·         Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
·         Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Kesimpulan                   : dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, pasien memiliki golongan darah A yang berarti memiliki Antigen A pada permukaan eritrosit/epitop, dan anti-B dalam serumnya.        













                                                                                    Makassar, 4 April  2013

Praktikan

     (Fatmala Dewi bahri)
NIM : PO.71.3.203.11.1.069
Instruktur 1                                                                             Instruktur 2

( Hurustiaty,S.Si.,M.Kes)                                                             (Nurdin,S.Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002                                                                                   
Pembimbing Utama

( H. Kalma, S.Pd.,M.Si / H. Syamsul Bakhri AK, S.Pd.,M.Si )
                                  NIP.










Right Arrow: PERTEMUAN V


Horizontal Scroll: 11 April 2013

 


Judul pemeriksaan          :Uji C-RP
Tujuan                                  :Untuk mengetahui fase inflamasi pada protein fase akut
Metode                               :AGLUTINASI
Prinsip                                  : menentukan fase akut protein metode aglutinasi
PRA ANALITIK                
PASIEN                        
Nama                                    : Fatmala Dewi Bahri
Jenis kelamin                     : perempuan
 Umur                                   : 18 tahun
Alamat                                  : jln. Banta-bantaeng lr. 3 Makassar 
No. Telpon                        : 

Persiapan sampel            : -
Sampel                                 : serum
Jenis sampel                   
Syarat Sampel                   : darah tidak lisis dan tidak keruh
Persiapan sampel            : tidak ada persiapan khusus
Reagen
Merek                                  : Humatex CRP
No. Lot                                 : 12002
Ex. Date                               :
Isi Reagen
Sensitivitas analitik          :
Sensitivitas klinis              :
Spesifitas analitik             :
Spesifitas klinis                  :
Bahan Tambahan             :
Persiapan reagen             :
ANALITIK
Prosedur                             :
1.       Disiapkan bahan dan alat
2.       Ambil darah vena sebanyak 2 ml
3.       masukan kedalam tabung diamkan 5 menit,
4.       Centrifuge selama 10- 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm
5.       setelah si centrifuge pisahkan dengan serumnya     
6.       maukan GBS kedalam sumur-sumur sebanyak 100 micron sampai pada Sumur-sumur 6
7.       masukan sampel(serum) sebanyak 100 micron kedalam Sumur 1 lakukan Pengenceran hingga sumur ke 5
8.       setelah di lakukan pengenceran ambil 40 micron teteskan pada  plate Setelah di teteskan tambahkan 1 tetes CRP
9.       buat control positif tambah dengan CRP sebanyak 1 tetes
10.   goyangkan plate selam 2 menit, Amati perubahan yang terjadi
hasil pemeriksaan            : negatif (non-reaktif)
Pasca  Analitik
Penulisan Hasil                  :
                                     
Interpretasi hasil              :
·         Positif                       : (reaktif)
·         Negatif                     : (non-reaktif)
Pembahasan               : CRP adalah protein dalam darah yang diproduksi oleh hati dan cenderung meningkat bila ada peradangan dalam tubuh. Ada dua jenis tes CRP umum dilakukan. Salah satu disebut "sensitivitas tinggi" CRP atau tes hsCRP - mendeteksi sejumlah kecil CRP dalam darah sebagai cara untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke). Jenis lain adalah "biasa" tes CRP, yang mendeteksi jumlah yang lebih besar dari protein. Kedua tes benar-benar mengukur hal yang sama, satu-satunya perbedaan adalah bahwa tes hsCRP adalah mengukur protein pada jumlah rendah. PRK biasanya digunakan untuk menilai berapa banyak peradangan dalam tubuh atau seberapa aktif penyakit ini (seperti rheumatoid arthritis atau penyakit Crohn) sedangkan hsCRP digunakan sebagai tes skrining untuk menentukan risiko penyakit kardiovaskular.
Peradangan pada pembuluh darah telah dikaitkan dengan penyakit jantung dan hsCRP dapat mendeteksi peradangan ini. Itu sebabnya banyak dokter menggunakan hsCRP sebagai cara untuk menentukan risiko pasien masalah kardiovaskuler di masa depan. Namun, tidak semua dokter bergantung pada pengujian tersebut, dan ada beberapa kontroversi tentang bagaimana berguna itu. Ini mungkin paling berguna untuk orang yang memiliki satu atau dua faktor risiko penyakit kardiovaskular (seperti LDL tinggi, atau "buruk," kolesterol dan tekanan darah tinggi), dan yang mungkin dianggap di "media" risiko penyakit kardiovaskular. Jika orang tersebut memiliki hsCRP tinggi, risiko nya mungkin malah dianggap pengobatan yang tinggi, dan lebih agresif dan perubahan gaya hidup dapat direkomendasikan.
Dalam situasi tertentu, hsCRP mungkin rendah karena obat, seperti ibuprofen atau obat anti-inflamasi lainnya. Dan orang-orang dengan beberapa jenis arthritis atau kondisi peradangan lainnya mungkin memiliki tingkat hsCRP tinggi - bagi mereka, tes hsCRP mungkin tidak panduan yang baik untuk risiko penyakit kardiovaskular.
Kesimpulan                   :  dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, di dapatkan hasil negatif (-)

Makassar, 11  April 2013
Praktikan


(Fatmala Dewi Bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.090

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2

(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

Pembimbing Utama

(H. Syamsul Bakhri AK,S.Pd.,M.Si)
                                    NIP.   ……………………………………






Right Arrow: PERTEMUAN VI


Horizontal Scroll: 18 April 2013

 


Judul pemeriksaan      : deteksi antigen ASO
Tujuan                         :Untuk mendeteksi anti streptolisin
Metode                       : kualitatif
Prinsip                           : Reagen AS direct adalah sebuah suspensi partikel Lateks polistirene Yang telah disensitisasi dengan stereptolisin -O ketika reagen dicampur dengan serum yang mengandung anti  bodi-ASO, terjadi sebuah reaksi Ag-Ab Yang dapat dilihat secara visual karena timbulnya aglutinanasi.
PRA ANALITIK                
PASIEN                        
Nama                          : Ira Astuti Sumara
Jenis kelamin              : perempuan
 Umur                          : 19 tahun
Alamat                        : jln. Goa ria, sudiang, Makassar 
No. Telpon                    : 

Persiapan sampel       : -
Sampel                        : serum
Jenis sampel                   
Syarat Sampel             : serum tidak lisis dan tidak keruh
Persiapan sampel         : sampel yang sudah di siapkan segera diperiksa dan jika tidak segera di diperiksa serum dapat disimpan selama 72 jam pada suhu2-8°.

Reagen
Merek                         : ASO
No. Lot                                     : 05862
Ex. Date                       :
Isi Reagen                   :
·                 ASO lateks reagen
·                 ASO positive control
·                 ASO negatif control
Sensitivitas analitik     :
Sensitivitas klinis         : 200 ul/l
Spesifitas analitik        :
Spesifitas klinis            :
Bahan Tambahan        :
Persiapan reagen        : reagen siap pakai
ANALITIK
Prosedur                      :
1.      Letakan reagen, sampel dan semua komponen  pada suhu ruangan
2.      Goyangkan reagen lateks untuk menghomogenkan partikel lateks
3.      letakan 1 tetes serum ke atas slide
4.      teteskan reagen RL  1 tetes diatas serum
5.      Lebarkan campuran reagen dengan serum keseluruh area lingkaran
6.      goyangkan slide kedepan dan  belakang setiap 2 detik selama 2 menit.
7.      Amati apakah terjadi AGLUTINASI (jika terjadi di lanjutkan ke pemeriksaan semikuantitatif)
8.      masukan reagen (saline) kedalam sumur-sumur 100 ul
9.      tambahkan sampel 40 ul kedalam sumur-sumur
10.  pindahka ke sumur-sumur lainnya menggunakan faktor pengenceran
11.  setelah dilakukan pengenceran .ambil pengenceran pada sumur-sumur  Pertama  sebanyak 40 ul
12.  Letakan diatas slide lalu tambahka reagen
13.  goyangkan selama 2 menit .kemudian amati yang terjadi
hasil pemeriksaan       : negatif (non-reaktif)
Pasca  Analitik
Penulisan Hasil             : berdasarkan hasil pengamatan maka sampel dinyatakan positif dengan titer 400 iu/l                                     
Interpretasi hasil         :
·         hasil dinyatakan positif apabila titer >200 IU/ml
·         hasil dinyatakan negatif apabila titer <200 IU/ml
·         hasil positif bisa terindikasi karena adanya infeksi streptococcus di beberapa kasus, pemeriksaan seharusnya diulangi beberapa minggu setelah pemeriksaan pertama.
Pembahasan               : Infeksi streptokokus disebabkan oleh bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus . Ada beberapa strain penyebab penyakit streptokokus (kelompok A, B, C, D, dan G), yang diidentifikasi oleh perilaku mereka, kimia, dan penampilan. Setiap kelompok menyebabkan jenis tertentu infeksi dan gejala. Tes-tes antibodi berguna untuk streptokokus grup A. Streptokokus grup A merupakan spesies yang paling mematikan bagi manusia dan merupakan penyebab radang tenggorokan , amandel, luka dan infeksi kulit, infeksi darah (septikemia), demam berdarah, pneumonia , demam rematik, chorea Sydenham (sebelumnya disebut tarian St Vitus ') , dan glomerulonefritis.
Meskipun gejala mungkin menyarankan infeksi streptokokus, diagnosis harus dikonfirmasi oleh tes. Prosedur terbaik, dan salah satu yang digunakan untuk infeksi akut, adalah untuk mengambil sampel dari daerah yang terinfeksi untuk budaya, sarana bakteri yang tumbuh artifisial di laboratorium. Namun, budaya tidak berguna sekitar dua sampai tiga minggu setelah infeksi awal, sehingga ASO, anti-DNase-B, dan tes streptozyme digunakan untuk menentukan apakah infeksi streptokokus hadir.
ASO titer digunakan untuk menunjukkan reaksi tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh streptokokus grup A beta-hemolitik. Streptokokus grup A menghasilkan enzim streptolysin O, yang dapat menghancurkan (melisiskan) sel darah merah. Karena streptolysin O adalah antigen (mengandung protein asing bagi tubuh), tubuh bereaksi dengan memproduksi antistreptolysin O (ASO), yang merupakan antibodi. ASO muncul dalam serum darah satu minggu sampai satu bulan setelah timbulnya infeksi tenggorokan. Sebuah titer tinggi (tingkat tinggi ASO) tidak spesifik untuk semua jenis penyakit poststreptococcal, tapi itu tidak menunjukkan apakah infeksi streptokokus sedang atau telah hadir.
Serial (beberapa diberikan berturut-turut) pengujian ASO sering dilakukan untuk menentukan perbedaan antara sampel darah akut atau konvalesen. Diagnosis infeksi radang sebelumnya dikonfirmasi ketika titer serial ASO meningkat selama beberapa minggu, kemudian jatuh perlahan. ASO titer puncak pada minggu ketiga setelah timbulnya gejala akut penyakit streptokokus, pada enam bulan setelah onset, sekitar 30% pasien menunjukkan titer abnormal.
Kesimpulan                 :  dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, di dapatkan hasil positif (+).









Makassar, 18  April 2013
Praktikan


(Fatmala Dewi Bahri)
NIM. PO.71.3.203.11.1.090

              Instruktur 1                                                               Instruktur 2

(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes)                                                         (Nurdin, S,Si)
NIP.                                                                              NIP.197806221998031002

Pembimbing Utama

(H. Syamsul Bakhri AK,S.Pd.,M.Si)
                                    NIP.   ……………………………………





















l
Judul pemeriksaan      : deteksi antibodi TB
Tujuan                         :Untuk mendeteksi adanya atibodi TB dalam darah
Metode                       : immunochromatography
Prinsip                           : Pada bagian kertas terdapat reagen pelacak yang telah dilabel oleh zat warna (colloidal gold), yang akan berikatan dengan analit selanjutnya ikatan ini akan ditangkap oleh reagen (antigen/antibody spesifik) pada garis yang dalam keadaan terikat sehingga akan menghasilkan reaksi reagen pelacak label zat warna – analit – reagen pelacak. Zat warna yang terperangkap pada garis tes (T) akan menghasilkan warna, menandakan bahwa hasil pemeriksaan positif.
PRA ANALITIK                
PASIEN                        
Nama                          : Sri Wulandari
Jenis kelamin              : perempuan
 Umur                          : 19 tahun
Alamat                        : jln. Perumnas Antang, Makassar 
No. Telpon                    : 

Persiapan sampel       : -
Sampel                        : darah kapiler
Jenis sampel                   
Syarat Sampel             :
Persiapan sampel         :

Reagen
Merek                         : ABON
No. Lot                                     : TB 2060001
Ex. Date                       : april 2014
Isi Reagen                   :
·                 Larutan buffer
·                 Strip TB
Sensitivitas analitik     : 83% (74.1-89.8%)
Sensitivitas klinis         : 95.6%
Spesifitas analitik        :98.9% (97.3%-99.7%)
Spesifitas klinis            : 95%
Bahan Tambahan        :
Persiapan reagen        : reagen siap pakai
ANALITIK
Prosedur                      :
1.      Sampel serum/plasma
1)      Siapkan alat dan bahan
2)      Teteskan serum/plasma sebanyak 3 tetes (75 ul) ke dalam sumur spesimen. Diamkan beberapa menit.
3)      Amati hasil
2.      Sampel darah lengkap
1)      Siapakan alat dan bahan
2)      Ambil darah vena
3)      Teteskan 3 tetes (75 ul) ke dalam sumur spesimen
4)      Teteskan larutan buffer 1 tetes (40 ul)
5)      Diamkan beberapa menit, lalu amati hasil.
3.      Sampel darah kapiler
1)      Siapkan alat dan bahan
2)      Ambil darah kapiler
3)      Teteskan 3 tetes (75 ul) ke daalm sumur spesimen
4)      Teteskan larutan buffer sebanyak 1 tetes (40 ul)
5)      Diamkan beberapa menit, lalu amati hasil.
hasil pemeriksaan       : negatif
Pasca  Analitik
Penulisan Hasil             : berdasarkan hasil pengamatan maka sampel dinyatakan negatif.                                     
Interpretasi hasil         :
·         Positif     : muncul 2 garis berwarna pada strip, pada control (C) dan test (T)
·         Negatif   : muncul 1 garis berwarna strip, pada control (C)
·         Invalid    : tidak muncul garis berwarna pada strip.
Pembahasan                      : Sekitar 90% dari mereka yang terinfeksi dengan M. tuberkulosis memiliki gejala , infeksi TB laten (kadang-kadang disebut LTBI), dengan hanya seumur hidup kesempatan 10% bahwa infeksi laten akan berkembang menjadi terang-terangan, penyakit TB aktif.  Pada mereka dengan HIV, risiko mengembangkan TB aktif meningkat menjadi hampir 10% per tahun.  Jika pengobatan yang efektif tidak diberikan, tingkat kematian untuk kasus TB aktif sampai dengan 66%.
Infeksi TB dimulai ketika mikobakteri mencapai alveoli paru , di mana mereka menyerang dan mereplikasi dalam endosomes dari alveolar makrofag . Situs utama infeksi di paru-paru, yang dikenal sebagai " Fokus Ghon ", umumnya terletak di baik bagian atas lobus bawah, atau bagian bawah lobus atas .  Tuberkulosis paru-paru juga dapat terjadi melalui infeksi dari aliran darah. Hal ini dikenal sebagai fokus Simon dan biasanya ditemukan di atas paru-paru.  ini transmisi hematogen juga dapat menyebarkan infeksi ke situs yang lebih jauh, seperti kelenjar getah bening perifer, ginjal, otak, dan tulang.  Semua bagian tubuh bisa terkena penyakit, meskipun untuk alasan yang tidak diketahui jarang mempengaruhi jantung , otot rangka , pankreas , atau tiroid . 
Tuberkulosis digolongkan sebagai salah satu granulomatous penyakit peradangan. Makrofag , limfosit T , limfosit B , dan fibroblas adalah salah satu sel yang agregat untuk membentuk granuloma , dengan limfosit  sekitar makrofag terinfeksi. Granuloma mencegah penyebaran mikobakteri dan menyediakan lingkungan lokal untuk interaksi sel-sel sistem kekebalan tubuh. Bakteri di dalam granuloma dapat menjadi terbengkalai, sehingga terjadi infeksi laten. Fitur lain dari granuloma adalah pengembangan kematian sel yang abnormal ( nekrosis ) di pusat tuberkel . Dengan mata telanjang, ini memiliki tekstur yang lembut, keju putih dan disebut caseous nekrosis . 
Jika bakteri TB mendapatkan masuk ke aliran darah dari daerah jaringan yang rusak, mereka dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mendirikan banyak fokus infeksi, semua muncul sebagai kecil, tuberkel putih dalam jaringan.  Ini bentuk parah dari penyakit TBC, yang paling umum pada anak-anak dan orang-orang dengan HIV, disebut tuberkulosis milier .  Orang dengan TB disebarluaskan memiliki tingkat kematian yang tinggi bahkan dengan perawatan (sekitar 30%). 
Pada banyak orang, lilin infeksi dan berkurang. Kerusakan jaringan dan nekrosis sering seimbang dengan penyembuhan dan fibrosis .  Terkena jaringan digantikan oleh jaringan parut dan rongga diisi dengan bahan nekrotik caseous. Selama penyakit aktif, beberapa gigi berlubang ini bergabung ke udara bagian bronkus dan bahan ini dapat batuk. Ini mengandung bakteri hidup, sehingga bisa menyebarkan infeksi. Pengobatan dengan tepat antibiotik membunuh bakteri dan memungkinkan penyembuhan berlangsung. Setelah obat, daerah yang terkena dampak pada akhirnya digantikan oleh jaringan paru.
Kesimpulan                 :  dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, di dapatkan hasil negatif (-).


Laporan Imuno-Serologi







……………………………………


OLEH    :
Fatmala Dewi Bahri
PO.71.3.203.11.1.069
IIB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013