laporan imunologi lengkap
Judul Pemeriksaan : Deteksi Antibody Salmonella (Widal)
Tujuan :
pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody (di dalam serum) terhadap antigen kuman
salmonella typhi/paratyphi.
Metode :
1. Uji widal lempeng (slide agglutination test/SAT)
2.
uji tabung (tube agglutination test/SAT)
Prinsip Reaksi :
Kemampuan antibodi dalam serum pasien dalam mengaglutinasi antigen Salmonella O
( antigensomatik ) dan Salmonella H ( antigen flagela ). Titer antibodi ditunjukkan
dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi.
PraAnalitik
Pasien
Nama : Ira Astuty Sumara
Jenis Kelamin : Wanita
Umur :
29 Tahun
Alamat :
Jl. Goa Ria, Sudiang
No. telepon : -
Persiapan Pasien :Tidak ada persiapan khusus
Sampel
JenisSampel : Serum
Syarat Sampel : Sampel tidak mengalami
hemolysis ataupun keruh.
PersiapanSampel : Darah pasien terlebih dahulu disentrifugasi dengan kecepatan
300 rpm selama 30 menit.
Reagen
Merek :
TYDAL
No. Lot : 410010
Ex. Date : May 2012
Isi Reagen :
·
Antigen
O
·
Antigen
AH
·
Antigen
H
·
Antigen
BH
·
Positif
control
Sensitivitas Analitik :
Sensitivitas Klinis :
Spesifitas Analitik :
Spesifitas Klinis
Bahan Tambahan :
·
NaCl
0,9 %
·
Alkohol 70 % dankapas
Alat Tambahan :
·
Tabung reaksi
·
Micropipette
·
Rak tabung
·
Incubator
Persiapan Reagen : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur :
1. Slide
Agglutination Test / SAT ( kualitatif )
a. Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b. Satu tetes
control positif diteteskan pada slide (PC)
c. 50 µl NaCl ditempatkan pada slide berikutnya (NC)
d. Serum diteteskan pada keempat
slide yang lain (O,AH,H, dan BH) masing-masing satu tetes.
e. Selanjutnya ditambahkan satu tetes
antigen kelingkaran slide yang mengandung control positif dan NaCl
0,9 %.
f.
Kemudian ditambahkan satu tetes
antigen yang sesuai TYDAL kelingkaran slide yang mengandung serum pasien.
g. Setiap slide diaduk menggunakan batang pengaduk yang telah tersedia.
h. Slide kemudian digoyang-goyangkan dengan hati-hati, sambil mengamati aglutinasi makroskopik yang terjadi dalam satu menit.
2. Slide
Agglutination Test ( semi- kuantitatif )
a. Dengan menggunakan pipet khusus untuk tiap pengenceran, sejumlah serum berikut ditambahkan di atas lingkaran slide
berdiameter 27 mm
: 0,08ml;
0,04ml; 0,02ml;
0,01ml; 0,005ml
b. Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat pada lingkaran slide
c. Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
d. Dengan perlahan dan sering,
guncang dan putar test slide selama 1 menit hingga terlihat adanya aglutinasi
e. Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut 1:20; 1:40; 1:80; 1:160; 1:320
f.
Dianjurkan untuk mencocokkan hasil titrasi
slide dengan teknik tabung.
3. Tube
Agglutination Test / TAT (kuantitatif )
a.
Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b.
8 tabung
reaksi
disiapkan
dan
disusun
dalam
satu
rak
(Beri nomor 1 –8)
c.
NaCl 0,9 % dimasukkan
sebanyak1,9
ml pada tabung 1 dengan
menggunakan
pipet.
d.
Ditambahkan NaCl 0,9 % sebanyak
1 ml ke dalam masing-masing
tabung
yang tersisa (2-8)
e.
Serum ditambahkan
kedalam
tabung 1
sebanyak 0,1 ml, dan campur hingga
homogen.
f.
Campuran tabung 1 diambil
sebanyak 1
ml dan dimasukkan ke
dalam
tabung 2.
Tabung 2 dicampur
hingga
homogen, dan
diambil 1 ml
untuk dimasukkan ketabung 3, dan
seterusnya
hingga
tabung 7.
g.
Larutan pada
tabung 7
diambil 1 ml kemudian dibuang.
h.
Setiap tabung
ditambahkan
1 tetes antigen. Dengan demikian di dapatkan
pengenceran
pada
tabung 1-7
berturut-turut : 1/20, 1/40, 1/80, 1/60, 1/320, 1/640, 1/1280.
i.
Tabung 8 hanya
berisi
NaCl
dan antigen,
serta berfungsi sebagai
kontrol.
j.
Campur larutan
hingga
homogeny
dan
inkubasikan
± 18
jam.
k.
Padakontrol antigen harustidakterdapataglutinasi
l.
Hasil : Adanyaaglutinasimenunjukkanadanyaantibodi
Hasil Pemeriksaan :Tidak terjadi aglutinasi (negative)
PascaAnalitik
Penulisan Hasil : Negatif / non reaktif (-)
InterpretasiHasil :
No
Type Salmonella sp
Antigen O
Antigen H
Antigen AH
Antigen BH
1
2
3
4.
S.typhi O
S.typhi H
S.paratyphi AH
S.paratyphi BH
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi
-
-
-
-
Aglutinasi
v Titer O yang tinggi : (≥160) atau kenaikan titer yang tinggi menunjukan infeksi akut
v Titer H yang tinggi : (≥160) Menunjukan pernah di vaksinasi/
pernah terjadi infeksi
v Untuk perolehan
titer 1/80 :
·
Pernah mengalami Typoid :
Normal
·
Belum pernah Typoid :
Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari
v Untuk perolehan
titer 1/160 :
·
Pernah mengalami Typoid: Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari
·
Belum pernah Typoid : (+) Typoid
v Untuk perolehan
titer 1/160 :
·
Pernah mengalami Typoid : (+) Typoid
·
Belum pernah Typoid : (+) Typoid
Pembahasan : Demam tifoid (typoid fever) atau yang
lebih terkenal dengan penyakit tifus ini merupakan suatu penyakit pada saluran
pencernaan yang sering menyeran anak-anak bahkan orang dewasa. Penyabab
penyakit tersebut adalah bakteri salmonella typhi.
Gejalah-gejalah yang kerap terjadi antara lain
seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi, sakit kepala dan diare kadang-kadang bercampur
darah.
Penularan penyakit tifus ini, pada umumnya itu
di sebabkan oleh karena melaui makanan ataupun minuman yang sudah tercemar oleh
agen penyakit tersebut. Biasa juga, karena penanganan yan kurang begitu higenis
ataupun juga disebabkan dari sumber air yang sering digunakan yang digunakan
untuk menggunakan untuk sehari-hari.
Salmonella merupakan kuman berbentuk batang
gram negatif yang umumnya bererak dengan flagel dan bersifat aerobic.
Salmonella memiliki sedikitnya 5 macam anti gen, yaitu :
1. Antigen
o (antigen somatik), yang terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman. Bagian
ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid.
Lipopolisakarida dari antigen O terdiri dari 3 regio sebagai berikut :
1) Region
I, mengandung antigen O spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan polimer
dari unit oligosakarida yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk
pengelompokan serologis.
2) Region
II, terikat pada antigen O dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan
sifat yan konstan dalam suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara
genera.
3) Region
III, mengandung lipid yang terikat pada core polysaccharide yang
merupakan bagian yang toksik dari molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida
pada membran permukaan sel.
2. Antigen
H (antigen flagela), yang terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol.
3. Antigen
Vi, yang terletak pada kapsel (envelope) dari kuman yang dapat
melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas,
didalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang
lazim tersebut agglutinin.
4. Outer
membrane protein (OMP), antige n OMP S.typhi merupakan bagian
dari didin sel yang terletak di luar membrane sitoplasma lapisan peptidoglikan
yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier
fisik yang mengendalikan masuknya zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma,
dan berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakterisin.
5. Heat
hock protein (HSP) atau stress protein
Heat hock protein adalah
protein yang memproduksi oleh jasad renik dalam lingkungan yang terus berubah,
terutama yang menimbulkan stress pada jasad renik tersebut dalam
usahanya mempertahankan hidupnya.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan
hematologi,urinalis, kimia klinik. imunoserologi, dan biologi molekuler.
Pemeriksaan m,enunjukan untuk membantu menegakkan diagnosis (adalkalanya bahkan
menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit
dan hasi pengobatan serta timbulnya penyulit.
Usaha yang tertua untuk melacak adanya
kenaikan titer kadar antibody terhadap S.typi yaitu dengan cara
penentuan titer agglutinii O dan II dengan uji widal yang telah di pakai sejak
tahun 1896. Uji widal yang menggunakan suspensi basil s.typhi atau paratyphi
untuk menentukan titer agglutinin dalam serum penderita demam tifoid atau
paratifoid, walaupun banyak mempunyai kelemahan, sampai sekarang ini masih
merupakan imunoasay yang paling banyak dipakai untuk menunjang diagnosis demam
typhoid di klinik.
Antigen
dari uji widal :
a.
Antigen H (antigen flagella)
Di buat dari S. typhi yang
motil dengan permukaan koloni yang licin. Kuman dimatikan dengan larutan
formalin 0,1%
b.
Antigen O (antigen somatic)
Di buat dari strain S. typhi
yang tidak motil. Untuk membunuh kuman dipakai alkohol absolute dan sebagai
pengawet di pakai larutan phenol 0,5%. Sebelum dipakai konsentrasi alcohol
harus di encerkan sampai menjadi 12%.
c.
Antigen PA (S.paratyphi A)
Di buat dari strain S.paratyphi A.
untuk membunuh kuman dipakai formalin 0,1%.
d.
Antigen PB (S. paratyphi )
Dibuat dari strain S.paratyphi B.
untuk membunuh kuman di pakai formalin 0,1%.
Sebelum dipakai, suspense beberapa antigen
tersebut diatas harus diencerkan lebih dahulu dengan larutan salin normal
steril sampai mencapai kekeruhan sama dengan tabung nomor 3 dari Mc. Forland (3
unit Mc.farland yang sesuai dengan 9 x 10 kuman/ml).
Dalam memilih antigen untuk uji widal, di
anjurkan untuk memakai yang dibuat sendiri dari beberapa strain atau
faga salmonella yang ada didaerah endemis yang bersangkutan daripada beberapa
antigen baku yang dijual dipasaran dan dibuat dari beberapa strain dan
faga salmonella yang berasal dari Negara lain, sebab kurang sensitive dan
spesifik serta sering memberikan hasil negatif maupun positif semu. Sebaiknya
untuk satu provinsi dipakai satu jenis antigen yang dibuat dari beberapa strain
salmonella yang ditemukan diprovinsi yang bersangkutan. Untuk menurangi
hasil yang negative semu dipakai anigen yang multistrain daripada
antigen yang monostrain sebab antigen yang multistrain mempunyai
spectrum yang lebih luas.
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil negative (-) atau tidak terjadi aglutinasi
pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau
sama sekali belum pernah mengalami demam typoid.
Makassar, 14 Maret 2013
Praktikan
(Fatmala
Dewi bahri)
NIM.
PO.71.3.203.11.1.069
Instruktur
1 Instruktur
2
(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes) (Nurdin,
S,Si)
NIP. NIP.197806221998031002
PembimbingUtama
(H. SyamsulBakhri AK,S.Pd.,M.Si)
NIP. ……………………………………
No
|
Type Salmonella sp
|
Antigen O
|
Antigen H
|
Antigen AH
|
Antigen BH
|
1
2
3
4.
|
S.typhi O
S.typhi H
S.paratyphi AH
S.paratyphi BH
|
Aglutinasi
-
-
-
|
-
Aglutinasi
-
-
|
-
-
Aglutinasi
-
|
-
-
-
Aglutinasi
|
Judul
Pemeriksaan : Deteksi antigen Plasmodium
Tujuan :
Untuk mendeteksi antigen Plasmodium pada
sampel darah.
Metode : Imunokromatografi
PrinsipReaksi :
Mendeteksi antigen yang dikeluarkan oleh plasmodium (histidine rich protein
II /HRP II, hanya ditemukan pada P. falciparum) dan
aldolase (antigen pan-malaria l, ditemukan pada semua spesies malaria), dan
selanjutnya akan terjadi reaksi kompleks antigen-antibodi pada bahan nitroselulose
acetat dimana kompleks tersebut diberi Monoklonal antibodi (Mab) yang
berlabel zat warna (colloidal gold) sebagai penanda, sehingga
muncul suatu tanda berupa garis yang menyatakan hasil positif untuk P.
falciparum, infeksi campuran atau negative.
PraAnalitik
Pasien
Nama : Fatmala Dewi bahri
JenisKelamin : Wanita
Umur :
18 Tahun
Alamat :
Jl. Banta-bantaeng lr. 3 Makassar
No. telepon :
Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus
Sampel
Jenis Sampel : Darah lisis
Syarat Sampel :
Persiapan Sampel :
Reagen
Merek :
Entebe malaria test
No. Lot : M- 29
Ex. Date : Oktober 2012
Isi Reagen :
·
Kit
·
Buffer
Sensitivitas Analitik :
Sensitivitas Klinis :
Spesifitas Analitik :
Spesifitas Klinis :
Bahan Tambahan :
·
Alkohol 70 % dan kapas
Persiapan Reagen : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur :
1. Perangkat reagen dan sampel darah yang akan digunakan suhunya disesuaikan dengan suhu ruangan.
2. Buka alumunium pembungkus, ambil strip
3. Buka tutup berwarna biru, teteskan 3 tetes (100 µl) buffer dalam tabung reaksi.
4. Teteskan 4 µl sampel darah pada ujung strip dengan menggunakan loop yang tersedia pada kit
5. Inkubasikan strip (arah panah kebawah ) ke dalam buffer
dalam tabung reaksi. (3)
6. Baca hasil antara menit ke
10 sampai dengan menit 15.
HasilPemeriksaan :Hanya pada area C saja yang tampak garis
merah (negative)
Pasca Analitik
Penulisan Hasil : Negatif (non reaktif)
Interpretasi Hasil :
·
Hasil
“positif falciparum” apabila pada
area T1 dan C tampak garis merah.
·
Hasil“
positif vivax: apabila pada area T2 dan C tampak garis merah.
·
Hasil“
negative” apabila pada area C
tampak garis merah.
·
Tes dikatakan“ invalid “ apabil agaris control tidak tampak.
Pembahasan : Diagnosis malaria dapat
dilakukan secara mikroskopis dan non mikroskopis.Uji mikroskopis dapat dilihat
secara langsung di bawah mikroskop, sepertipemeriksaan
darah tepi, Quantitative Buffy Coat (QBS), dan Acridine orange(AO). Sedangkan uji non
mikroskopis berguna untuk mengidentifikasi padaantigen parasit atau antibodi
antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, seperti uji Polymerase Chain Reaction, Detection of antibodies by
Radio Immuno Assay, Indirect Hemaglutination, Deoxyribonucleic acid dan
Rapid Diagnostic Test.
Umumnya diagnosis malaria
ditegakkan dengan metode konvensionalmenggunakan
perwarnaan Giemsa pada apusan darah dan pemeriksaan dibawah cahaya
mikroskop. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan gold
standard pemeriksaan laboratorium malaria. Namun
pemeriksaan konvensional ini masih memiliki beberapa kendala dan keterbatasan.
Sebagai konsekuensinya diperlukan pengembangan berbagai metoda alternatif.
Salah satu dari pengembangan metoda alternatif tersebut
adalah Rapid Diagnostic Test atau Immunochromatographic test (ICT), tes ini berdasarkan atas deteksi antigen yang
dikeluarkan oleh parasit malaria, yang spesifik terhadap Plasmodium falciparum Histidine
Rich Protein 2 (PfHRP 2) dapat melisiskan darah dengan
menggunakan prinsip Immunochromatographic.
Rapid Diagnostic Test pada
Malaria
Rapid Diagnostic
Test (RDT) merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit malaria. Tes ini berdasarkan atas deteksi antigen parasit
malaria di dalam darah, dengan menggunakan prinsip immunochromatographic. Paling sering digunakan adalah
dipstick atau tes strip yang dilakukan untuk pengujian
monoclonal antibodies yang secara
langsung menyerang target antigen dari parasit tersebut. Bidang ilmu ini telah
berkembang dengan cepat dan peningkatan teknis secara terus menerus dapat
meningkatkan kemampuan RDT dalam menegakkan diagnosa malaria. Target antigen pada Rapid Diagnostic
Test malaria antara lain:
1. Histidine-rich protein 2 (HRP 2) adalah suatu protein yang dapat
larutdalam air yang diproduksi oleh
trophozoites dan gametocytes muda P. falciparum. Protein ini terdapat di dalam
sitoplasma parasit danpermukaan membran eritrosit yang terinfeksi. Tes ini
diproduksi pertamakali dengan merk Parasight-F dan dikenal dengan nama Immunochromatographic
(ICT) Malaria P.falciparum.
2. Parasite lactate dehydrogenase (pLDH) yang diproduksi parasit
malaria stadium aseksual maupun seksual. Tes ini telah dipasarkan dengan nama
tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/µl darah. Monoklonal
antibodi pLDH dapat menargetkan semua parasit malaria atau secara khusus dapat
membedakan apakah infeksi tersebut akibat parasit P.falciparum atau P.vivax.
3. Aldolase merupakan enzim kunci pada jalur glikolisis parasit
malariadimana digunakan sebagai target antigen panmalaria yang terdapat pada
spesies parasit. Semua tes diagnostik cepat malaria yang tersedia di pasaran
saat ini dapatmendeteksi Plasmodium
falciparum yang merupakan penyebab utama malariaberat dan kematian. RDT dapat
mendeteksi antigen HRP-II atau enzim pLDHyang terdapat pada P. falciparum. Pada
pasien dengan malaria falciparum berat dapat terjadi sekuestrasi
parasit sehingga parasit tidak selalu ditemukandi darah perifer. Oleh karena
itu diagnosis infeksi P. falciparum dapatterlewatkan oleh pemeriksaan
mikroskopik akibat tidak adanya parasit dalamsediaan darah tepi.
Judul Pemeriksaan : Deteksi Antibody Salmonella (Widal)
Tujuan :
pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody (di dalam serum) terhadap antigen kuman
salmonella typhi/paratyphi.
Metode :
1. Uji widal lempeng (slide agglutination test/SAT)
2.
uji tabung (tube agglutination test/SAT)
Prinsip Reaksi :
Kemampuan antibodi dalam serum pasien dalam mengaglutinasi antigen Salmonella O
( antigensomatik ) dan Salmonella H ( antigen flagela ). Titer antibodi ditunjukkan
dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi.
PraAnalitik
Pasien
Nama : Ira Astuty Sumara
Jenis Kelamin : Wanita
Umur :
29 Tahun
Alamat :
Jl. Goa Ria, Sudiang
No. telepon : -
Persiapan Pasien :Tidak ada persiapan khusus
Sampel
JenisSampel : Serum
Syarat Sampel : Sampel tidak mengalami
hemolysis ataupun keruh.
PersiapanSampel : Darah pasien terlebih dahulu disentrifugasi dengan kecepatan
300 rpm selama 30 menit.
Reagen
Merek :
TYDAL
No. Lot : 410010
Ex. Date : May 2012
Isi Reagen :
·
Antigen
O
·
Antigen
AH
·
Antigen
H
·
Antigen
BH
·
Positif
control
Sensitivitas Analitik :
Sensitivitas Klinis :
Spesifitas Analitik :
Spesifitas Klinis
Bahan Tambahan :
·
NaCl
0,9 %
·
Alkohol 70 % dankapas
Alat Tambahan :
·
Tabung reaksi
·
Micropipette
·
Rak tabung
·
Incubator
Persiapan Reagen : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur :
1. Slide
Agglutination Test / SAT ( kualitatif )
a. Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b. Satu tetes
control positif diteteskan pada slide (PC)
c. 50 µl NaCl ditempatkan pada slide berikutnya (NC)
d. Serum diteteskan pada keempat
slide yang lain (O,AH,H, dan BH) masing-masing satu tetes.
e. Selanjutnya ditambahkan satu tetes
antigen kelingkaran slide yang mengandung control positif dan NaCl
0,9 %.
f.
Kemudian ditambahkan satu tetes
antigen yang sesuai TYDAL kelingkaran slide yang mengandung serum pasien.
g. Setiap slide diaduk menggunakan batang pengaduk yang telah tersedia.
h. Slide kemudian digoyang-goyangkan dengan hati-hati, sambil mengamati aglutinasi makroskopik yang terjadi dalam satu menit.
2. Slide
Agglutination Test ( semi- kuantitatif )
a. Dengan menggunakan pipet khusus untuk tiap pengenceran, sejumlah serum berikut ditambahkan di atas lingkaran slide
berdiameter 27 mm
: 0,08ml;
0,04ml; 0,02ml;
0,01ml; 0,005ml
b. Antigen yang telah tersuspensi sepenuhnya ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat pada lingkaran slide
c. Campur dan ratakan hingga keseluruh permukaan dalam lingkaran
d. Dengan perlahan dan sering,
guncang dan putar test slide selama 1 menit hingga terlihat adanya aglutinasi
e. Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan titer tabung aglutinasi berturut-turut 1:20; 1:40; 1:80; 1:160; 1:320
f.
Dianjurkan untuk mencocokkan hasil titrasi
slide dengan teknik tabung.
3. Tube
Agglutination Test / TAT (kuantitatif )
a.
Alat dan bahan disiapkan secara lengkap
b.
8 tabung
reaksi
disiapkan
dan
disusun
dalam
satu
rak
(Beri nomor 1 –8)
c.
NaCl 0,9 % dimasukkan
sebanyak1,9
ml pada tabung 1 dengan
menggunakan
pipet.
d.
Ditambahkan NaCl 0,9 % sebanyak
1 ml ke dalam masing-masing
tabung
yang tersisa (2-8)
e.
Serum ditambahkan
kedalam
tabung 1
sebanyak 0,1 ml, dan campur hingga
homogen.
f.
Campuran tabung 1 diambil
sebanyak 1
ml dan dimasukkan ke
dalam
tabung 2.
Tabung 2 dicampur
hingga
homogen, dan
diambil 1 ml
untuk dimasukkan ketabung 3, dan
seterusnya
hingga
tabung 7.
g.
Larutan pada
tabung 7
diambil 1 ml kemudian dibuang.
h.
Setiap tabung
ditambahkan
1 tetes antigen. Dengan demikian di dapatkan
pengenceran
pada
tabung 1-7
berturut-turut : 1/20, 1/40, 1/80, 1/60, 1/320, 1/640, 1/1280.
i.
Tabung 8 hanya
berisi
NaCl
dan antigen,
serta berfungsi sebagai
kontrol.
j.
Campur larutan
hingga
homogeny
dan
inkubasikan
± 18
jam.
k.
Padakontrol antigen harustidakterdapataglutinasi
l.
Hasil : Adanyaaglutinasimenunjukkanadanyaantibodi
Hasil Pemeriksaan :Tidak terjadi aglutinasi (negative)
PascaAnalitik
Penulisan Hasil : Negatif / non reaktif (-)
InterpretasiHasil :
No
|
Type Salmonella sp
|
Antigen O
|
Antigen H
|
Antigen AH
|
Antigen BH
|
1
2
3
4.
|
S.typhi O
S.typhi H
S.paratyphi AH
S.paratyphi BH
|
Aglutinasi
-
-
-
|
-
Aglutinasi
-
-
|
-
-
Aglutinasi
-
|
-
-
-
Aglutinasi
|
v Titer O yang tinggi : (≥160) atau kenaikan titer yang tinggi menunjukan infeksi akut
v Titer H yang tinggi : (≥160) Menunjukan pernah di vaksinasi/
pernah terjadi infeksi
v Untuk perolehan
titer 1/80 :
·
Pernah mengalami Typoid :
Normal
·
Belum pernah Typoid :
Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari
v Untuk perolehan
titer 1/160 :
·
Pernah mengalami Typoid: Pemeriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari
·
Belum pernah Typoid : (+) Typoid
v Untuk perolehan
titer 1/160 :
·
Pernah mengalami Typoid : (+) Typoid
·
Belum pernah Typoid : (+) Typoid
Pembahasan : Demam tifoid (typoid fever) atau yang
lebih terkenal dengan penyakit tifus ini merupakan suatu penyakit pada saluran
pencernaan yang sering menyeran anak-anak bahkan orang dewasa. Penyabab
penyakit tersebut adalah bakteri salmonella typhi.
Gejalah-gejalah yang kerap terjadi antara lain
seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi, sakit kepala dan diare kadang-kadang bercampur
darah.
Penularan penyakit tifus ini, pada umumnya itu
di sebabkan oleh karena melaui makanan ataupun minuman yang sudah tercemar oleh
agen penyakit tersebut. Biasa juga, karena penanganan yan kurang begitu higenis
ataupun juga disebabkan dari sumber air yang sering digunakan yang digunakan
untuk menggunakan untuk sehari-hari.
Salmonella merupakan kuman berbentuk batang
gram negatif yang umumnya bererak dengan flagel dan bersifat aerobic.
Salmonella memiliki sedikitnya 5 macam anti gen, yaitu :
1. Antigen
o (antigen somatik), yang terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman. Bagian
ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid.
Lipopolisakarida dari antigen O terdiri dari 3 regio sebagai berikut :
1) Region
I, mengandung antigen O spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan polimer
dari unit oligosakarida yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk
pengelompokan serologis.
2) Region
II, terikat pada antigen O dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan
sifat yan konstan dalam suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara
genera.
3) Region
III, mengandung lipid yang terikat pada core polysaccharide yang
merupakan bagian yang toksik dari molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida
pada membran permukaan sel.
2. Antigen
H (antigen flagela), yang terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol.
3. Antigen
Vi, yang terletak pada kapsel (envelope) dari kuman yang dapat
melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas,
didalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang
lazim tersebut agglutinin.
4. Outer
membrane protein (OMP), antige n OMP S.typhi merupakan bagian
dari didin sel yang terletak di luar membrane sitoplasma lapisan peptidoglikan
yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier
fisik yang mengendalikan masuknya zat dan cairan kedalam membrane sitoplasma,
dan berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakterisin.
5. Heat
hock protein (HSP) atau stress protein
Heat hock protein adalah
protein yang memproduksi oleh jasad renik dalam lingkungan yang terus berubah,
terutama yang menimbulkan stress pada jasad renik tersebut dalam
usahanya mempertahankan hidupnya.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan
hematologi,urinalis, kimia klinik. imunoserologi, dan biologi molekuler.
Pemeriksaan m,enunjukan untuk membantu menegakkan diagnosis (adalkalanya bahkan
menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit
dan hasi pengobatan serta timbulnya penyulit.
Usaha yang tertua untuk melacak adanya
kenaikan titer kadar antibody terhadap S.typi yaitu dengan cara
penentuan titer agglutinii O dan II dengan uji widal yang telah di pakai sejak
tahun 1896. Uji widal yang menggunakan suspensi basil s.typhi atau paratyphi
untuk menentukan titer agglutinin dalam serum penderita demam tifoid atau
paratifoid, walaupun banyak mempunyai kelemahan, sampai sekarang ini masih
merupakan imunoasay yang paling banyak dipakai untuk menunjang diagnosis demam
typhoid di klinik.
Antigen
dari uji widal :
a.
Antigen H (antigen flagella)
Di buat dari S. typhi yang
motil dengan permukaan koloni yang licin. Kuman dimatikan dengan larutan
formalin 0,1%
b.
Antigen O (antigen somatic)
Di buat dari strain S. typhi
yang tidak motil. Untuk membunuh kuman dipakai alkohol absolute dan sebagai
pengawet di pakai larutan phenol 0,5%. Sebelum dipakai konsentrasi alcohol
harus di encerkan sampai menjadi 12%.
c.
Antigen PA (S.paratyphi A)
Di buat dari strain S.paratyphi A.
untuk membunuh kuman dipakai formalin 0,1%.
d.
Antigen PB (S. paratyphi )
Dibuat dari strain S.paratyphi B.
untuk membunuh kuman di pakai formalin 0,1%.
Sebelum dipakai, suspense beberapa antigen
tersebut diatas harus diencerkan lebih dahulu dengan larutan salin normal
steril sampai mencapai kekeruhan sama dengan tabung nomor 3 dari Mc. Forland (3
unit Mc.farland yang sesuai dengan 9 x 10 kuman/ml).
Dalam memilih antigen untuk uji widal, di
anjurkan untuk memakai yang dibuat sendiri dari beberapa strain atau
faga salmonella yang ada didaerah endemis yang bersangkutan daripada beberapa
antigen baku yang dijual dipasaran dan dibuat dari beberapa strain dan
faga salmonella yang berasal dari Negara lain, sebab kurang sensitive dan
spesifik serta sering memberikan hasil negatif maupun positif semu. Sebaiknya
untuk satu provinsi dipakai satu jenis antigen yang dibuat dari beberapa strain
salmonella yang ditemukan diprovinsi yang bersangkutan. Untuk menurangi
hasil yang negative semu dipakai anigen yang multistrain daripada
antigen yang monostrain sebab antigen yang multistrain mempunyai
spectrum yang lebih luas.
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil negative (-) atau tidak terjadi aglutinasi
pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau
sama sekali belum pernah mengalami demam typoid.
Makassar, 14 Maret 2013
Praktikan
(Fatmala
Dewi bahri)
NIM.
PO.71.3.203.11.1.069
Instruktur
1 Instruktur
2
(Hurustiaty, S,Si.,M.Kes) (Nurdin,
S,Si)
NIP. NIP.197806221998031002
PembimbingUtama
(H. SyamsulBakhri AK,S.Pd.,M.Si)
NIP. ……………………………………
Judul
Pemeriksaan : Deteksi antigen Plasmodium
Tujuan :
Untuk mendeteksi antigen Plasmodium pada
sampel darah.
Metode : Imunokromatografi
PrinsipReaksi :
Mendeteksi antigen yang dikeluarkan oleh plasmodium (histidine rich protein
II /HRP II, hanya ditemukan pada P. falciparum) dan
aldolase (antigen pan-malaria l, ditemukan pada semua spesies malaria), dan
selanjutnya akan terjadi reaksi kompleks antigen-antibodi pada bahan nitroselulose
acetat dimana kompleks tersebut diberi Monoklonal antibodi (Mab) yang
berlabel zat warna (colloidal gold) sebagai penanda, sehingga
muncul suatu tanda berupa garis yang menyatakan hasil positif untuk P.
falciparum, infeksi campuran atau negative.
PraAnalitik
Pasien
Nama : Fatmala Dewi bahri
JenisKelamin : Wanita
Umur :
18 Tahun
Alamat :
Jl. Banta-bantaeng lr. 3 Makassar
No. telepon :
Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus
Sampel
Jenis Sampel : Darah lisis
Syarat Sampel :
Persiapan Sampel :
Reagen
Merek :
Entebe malaria test
No. Lot : M- 29
Ex. Date : Oktober 2012
Isi Reagen :
·
Kit
·
Buffer
Sensitivitas Analitik :
Sensitivitas Klinis :
Spesifitas Analitik :
Spesifitas Klinis :
Bahan Tambahan :
·
Alkohol 70 % dan kapas
Persiapan Reagen : Reagen siap pakai
Analitik
Prosedur :
1. Perangkat reagen dan sampel darah yang akan digunakan suhunya disesuaikan dengan suhu ruangan.
2. Buka alumunium pembungkus, ambil strip
3. Buka tutup berwarna biru, teteskan 3 tetes (100 µl) buffer dalam tabung reaksi.
4. Teteskan 4 µl sampel darah pada ujung strip dengan menggunakan loop yang tersedia pada kit
5. Inkubasikan strip (arah panah kebawah ) ke dalam buffer
dalam tabung reaksi. (3)
6. Baca hasil antara menit ke
10 sampai dengan menit 15.
HasilPemeriksaan :Hanya pada area C saja yang tampak garis
merah (negative)
Pasca Analitik
Penulisan Hasil : Negatif (non reaktif)
Interpretasi Hasil :
·
Hasil
“positif falciparum” apabila pada
area T1 dan C tampak garis merah.
·
Hasil“
positif vivax: apabila pada area T2 dan C tampak garis merah.
·
Hasil“
negative” apabila pada area C
tampak garis merah.
·
Tes dikatakan“ invalid “ apabil agaris control tidak tampak.
Pembahasan : Diagnosis malaria dapat
dilakukan secara mikroskopis dan non mikroskopis.Uji mikroskopis dapat dilihat
secara langsung di bawah mikroskop, sepertipemeriksaan
darah tepi, Quantitative Buffy Coat (QBS), dan Acridine orange(AO). Sedangkan uji non
mikroskopis berguna untuk mengidentifikasi padaantigen parasit atau antibodi
antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, seperti uji Polymerase Chain Reaction, Detection of antibodies by
Radio Immuno Assay, Indirect Hemaglutination, Deoxyribonucleic acid dan
Rapid Diagnostic Test.
Umumnya diagnosis malaria
ditegakkan dengan metode konvensionalmenggunakan
perwarnaan Giemsa pada apusan darah dan pemeriksaan dibawah cahaya
mikroskop. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan gold
standard pemeriksaan laboratorium malaria. Namun
pemeriksaan konvensional ini masih memiliki beberapa kendala dan keterbatasan.
Sebagai konsekuensinya diperlukan pengembangan berbagai metoda alternatif.
Salah satu dari pengembangan metoda alternatif tersebut
adalah Rapid Diagnostic Test atau Immunochromatographic test (ICT), tes ini berdasarkan atas deteksi antigen yang
dikeluarkan oleh parasit malaria, yang spesifik terhadap Plasmodium falciparum Histidine
Rich Protein 2 (PfHRP 2) dapat melisiskan darah dengan
menggunakan prinsip Immunochromatographic.
Rapid Diagnostic Test pada
Malaria
Rapid Diagnostic
Test (RDT) merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit malaria. Tes ini berdasarkan atas deteksi antigen parasit
malaria di dalam darah, dengan menggunakan prinsip immunochromatographic. Paling sering digunakan adalah
dipstick atau tes strip yang dilakukan untuk pengujian
monoclonal antibodies yang secara
langsung menyerang target antigen dari parasit tersebut. Bidang ilmu ini telah
berkembang dengan cepat dan peningkatan teknis secara terus menerus dapat
meningkatkan kemampuan RDT dalam menegakkan diagnosa malaria. Target antigen pada Rapid Diagnostic
Test malaria antara lain:
1. Histidine-rich protein 2 (HRP 2) adalah suatu protein yang dapat
larutdalam air yang diproduksi oleh
trophozoites dan gametocytes muda P. falciparum. Protein ini terdapat di dalam
sitoplasma parasit danpermukaan membran eritrosit yang terinfeksi. Tes ini
diproduksi pertamakali dengan merk Parasight-F dan dikenal dengan nama Immunochromatographic
(ICT) Malaria P.falciparum.
2. Parasite lactate dehydrogenase (pLDH) yang diproduksi parasit
malaria stadium aseksual maupun seksual. Tes ini telah dipasarkan dengan nama
tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/µl darah. Monoklonal
antibodi pLDH dapat menargetkan semua parasit malaria atau secara khusus dapat
membedakan apakah infeksi tersebut akibat parasit P.falciparum atau P.vivax.
3. Aldolase merupakan enzim kunci pada jalur glikolisis parasit
malariadimana digunakan sebagai target antigen panmalaria yang terdapat pada
spesies parasit. Semua tes diagnostik cepat malaria yang tersedia di pasaran
saat ini dapatmendeteksi Plasmodium
falciparum yang merupakan penyebab utama malariaberat dan kematian. RDT dapat
mendeteksi antigen HRP-II atau enzim pLDHyang terdapat pada P. falciparum. Pada
pasien dengan malaria falciparum berat dapat terjadi sekuestrasi
parasit sehingga parasit tidak selalu ditemukandi darah perifer. Oleh karena
itu diagnosis infeksi P. falciparum dapatterlewatkan oleh pemeriksaan
mikroskopik akibat tidak adanya parasit dalamsediaan darah tepi.